REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil, menantang Pertamina untuk menyelesaikan kasus kebocoran minyak mentah yang menimbulkan pencemaran di perairan utara Karawang. Orang nomor satu di Jabar ini, meminta perusahaan BUMN tersebut menyelesaikan pencemarannya selama 14 hari ke depan.
"Kita ingin, Pertamina bisa menangani dan menyelesaikan kasus ini selama dua pekan ke depan," ujar Emil, saat meninjau langsung lokasi pencemaran spill oil di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Rabu (7/8).
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) didampingi Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana (kiri) dan Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf (kanan) meninjau lokasi terdampak tumpahan minyak mentah milik Pertamina di pesisir Pantai Cemarajaya, Cibuaya, Karawang, Jawa Barat, Rabu (7/8/2019).
Menanggapi tantangan itu, Direktur Utama PT Pertamina EP, Nanang Abdu Manaf, menyanggupinya. Meskipun, secara hitungan dari timnya, kasus pencemaran lingkungan ini bisa selesai antara delapan sampai 10 pekan kedepan. "Insha Allah, kami sanggup menjawab tantangan dari Pak Gubernur ini," ujar Nanang.
Untuk menanggulangi pencemaran minyak, Pertamina bakal menutup sumur YY-1. Menginngat, dari sumur yang produksi sejak pada 2011 itu, minyak mentah keluar dan mencemari lautan. Untuk menyetop semburan minyak, Pertamina menggandeng Boot and Coots, perusahaan asal Houston, Amerika Serikat.
Mereka, lanjut Nanang, akan menggali sumur baru. Jaraknya dua kilometer dari sumur YY-1. Saat di kedalaman tiga ribu meter, sumur baru berbelok menuju sumur lama (YY-1). Begitu dua sumur bertemu, maka akan diinjeksikan lumpur berat hingga semen untuk menghentikan kebocoran. Sampai tidak ada lagi aliran minyaknya.
Metode ini, merupakan satu-satunya yang bisa ditempuh. Sebab hanya ini cara yang lebih aman. Sedangkan, jika menutup sumur dari atas, maka tidak akan aman. "Konsekuensinya, jika ada percikan kemudian terbakar, nyawa manusia bisa hilang. Sebab ini sumur minyak, bukan sumur biasa," ujar Nanang.
Dia menuturkan, saat ini para ahli dari Boot and Coots sudah mulai bekerja. Adapun soal biaya yang dikeluarkan untuk membayar perusahaan itu, Pertamina masih merahasiakannya. Apalagi, pihaknya tidak memikirkan biaya yang dikeluarkan. Soalnya, kasus kebocoran minyak ini sudah sangat emergency.
"Yang jelas, Boot and Coots itu ahli dalam memadamkan kondisi semacam ini, seperti spill oil atau blow up," ujarnya.