REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Indonesia, Didik J Rachbini, menyebut produk-produk yang dijual di e-commerce sebagian besar merupakan impor. Didik menilai bertebarannya produk impor tersebut adalah salah satu dampak dari investasi asing di e-commerce.
"E-commerce itu investasinya mengeksploitasi pasar dalam negeri," ujar Didik di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (7/8).
Seharusnya, lanjut Didik, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bisa lebih ketat dalam menyeleksi modal asing yang masuk ke Indonesia. Didik berharap BKPM lebih memprioritaskan investasi asing yang memiliki orientasi ekspor.
Di samping membanjirnya produk impor, menurut Didik, investasi asing langsung ini juga berdampak pada defisit transaksi berjalan (CAD). Didik menjelaskan, umumnya investasi akan kembali ke pemberi modal bentuk dividen sehingga membuat neraca pendapatan primer defisit.
Meski demikian, Didik tidak menampik investasi asing ini juga memberikan dampak positif. Menurutnya, investasi asing membuat nilai tukar rupiah menguat dikarenakan pasokan dolar AS di dalam negeri meningkat.
Pelaksana tugas (Plt) Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penananam Modal BKPM Yuliot mengakui saat ini banyak e-commerce yang memilih investasi dari asing. Dari sisi tingkat suku bunga, pendanaan dari asing lebih rendah dibandingkan investasi dari Indonesia.
"Selain itu, persayaratan untuk mendapatkan investasi dalam negeri pun sangat ketat," tutur Yuliot.
Walaupun begitu, BKPM tetap memberikan batasan kepemilikan saham oleh investor asing tersebut. Yuliot menjelaskan asing hanya diberi jatah 49 persen untuk investasi di bawah 100 miliar dolar AS. Asing baru bisa menguasai 90 saham perusahaan apabila investasi lebih dari 100 miliar dolar AS.