Rabu 07 Aug 2019 17:07 WIB

Warga Diimbau tak Buang Kotoran Hewan Kurban di Ciliwung

Jika dilakukan banyak warga, Sungai Ciliwung dinilai akan semakin tercemar limbah

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Karta Raharja Ucu
Hewan kurban
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Hewan kurban

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Masyarakat diimbau tidak mencuci jeroan atau bagian dalam hewan kurban saat peringatan Hari Raya Idul Adha, Ahad (11/8) mendatang di Sungai Ciliwung. Jika aktivitas itu dilakukan banyak warga secara bersamaan, diyakini akan membuat Sungai Ciliwung semakin tercemar limbah.

Imbauan itu disampaikan Manajer Pemasaran PDAM Tirta Asasta Kota Depok Imas Dyah Pitaloka. Dia menuturkan, kotoran dari hewan kurban yang dibuang di Ciliwung dapat memengaruhi kualitas air.

Bahkan membuat air menjadi berbau hingga tidak dapat digunakan untuk keperluan masyarakat sendiri maupun PDAM. "Kami mengharapkan, masyarakat jangan membuang sisa-sisa kotoran kurban ke sungai. Karena air PDAM bersumber dari Kali Ciliwung, IPA (Instalasi Pengolahan Air) Legong dan Citayam mengambil air dari sana," ujar Imas saat ditemui di Kantor PDAM Tirta Asasta Kota Depok, Selasa (6/8).

Imas menjelaskan, membuang sisa kotoran kurban ke kali juga termasuk menyalahi aturan. Dia menyebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Depok telah memiliki payung hukum berupa Pasal 10 Perda Kota Depok Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pembinaan dan Pengawasan Ketertiban Umum.

"Kalau membuang sampah di kali bisa diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 25 juta," jelasnya.

Imas pun memberi tips agar masyarakat dapat mengelola limbah hewan kurban tanpa mengotori lingkungan. Caranya, dengan dikubur ke dalam tanah, sehingga kalau hal itu dilakukan tidak ada yang dirugikan. "Dengan begitu, kita dapat menjaga lingkungan dan kualitas air kali," ucap Imas.

Kurban meningkat

Dinas Pertanian dan Perikan an (Distanikan) Kota Bekasi memproyeksikan tren berkurban warga pada Idul Adha meningkat tajam. "Namun, sayangnya, peningkatan jumlah warga yang berkurban itu tidak berbanding lurus dengan peminat tenaga me dis dokter hewan," kata Kepala Distanikan Kota Bekasi Momon Sulaeman di Plaza Wali Kota Bekasi, Selasa.

Momon mencatat, pada 2014 jumlah hewan kurban yang dipotong mencapai 21.065 ekor, naik pada 2015 menjadi 21.804 ekor dan pada 2016 melejit menjadi 25.618 ekor. Tahun berikutnya, kembali naik menjadi 26.432 ekor dan pada tahun lalu terdapat sekitar 35 ribu hewan kurban yang disembelih.

"Tren hewan yang dipotong setiap tahun memang selalu bertambah. Ini menunjukkan tingkat perekonomian masyarakat membaik dan kesadaran mereka untuk merayakan Idul Adha dengan berkurban juga meningkat," kata Momon.

Namun, Momon menyayang kan, ketersediaan tenaga medis dokter hewan di wilayahnya tidak banyak. Buktinya, dari tahun ke tahun, baru ada lima dokter hewan yang ada di Kota Bekasi.

Saat ini, pihaknya berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi standar kesehatan hewan kurban melalui tenaga medis, sebab hewan yang dipotong telah mencapai puluhan ribu. "Ini yang sedang kami upayakan untuk meningkatkan kuantitas SDM dokter hewan di Kota Bekasi," kata Momon.

Dia menerangkan, Pemkot Bekasi daerah melakukan empat upaya untuk mengantisipasi keku rangan dokter hewan tersebut, yakni melalui usulan tenaga dokter hewan ke wali kota Bekasi dan melatih tenaga kelurahan menjadi tenaga kesehatan hewan.

Kemudian, bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dalam melakukan pelayanan kesehatan serta merekrut tenaga dokter hewan mandiri. "Empat upaya itu sudah kami laksanakan dan tahun ini kan jadi ada lima dokter hewan. Artinya, bertambah dan terus akan kami upayakan meningkat minimal 15 tenaga medis dokter hewan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement