REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aplikasi pemantau polusi udara, AirVisual kembali menempatkan Jakarta di urutan pertama dunia yang memiliki kualitas udara tidak sehat. Indeks polusi udara di Jakarta mencapai 165 dan konsentrasi partikulat (PM 2,5) sebesar 82,8 ug per meter kubik.
Berdasarkan data AirVisual, pada pukul 12.00 WIB, daerah di Jakarta dengan kualitas udara tidak sehat pada siang hari ini diduduki oleh Rawamangun, Jakarta Timur. Rawamangun mengoleksi indeks kualitas udara tidak sehat mencapai 175 dengan konsentrasi parameter PM2,5 sebesar 101,4 ug per meter kubik.
Mangga Dua Selatan berada di urutan kedua dengan indeks mencapai 169 dan konsentrasi PM2,5 mencapai 61 ug per meter kubik atau tergolong tidak sehat. Selain itu, Pegadungan memiliki indeks sebesar 161 dengan konsentrasi PM2,5 mencapai 74,7 ug per meter kubik yang juga termasuk kategori tidak sehat.
Sedangkan dua wilayah lain yakni Kedutaan Besar AS di Jakarta Selatan dan Pejaten Barat sama-sama tergolong tidak sehat bagi kelompok sensitif dengan masing-masing indeks mencapai 134 dan 128.
Sebelumnya, AirVisual mencatat indeks kualitas udara di Jakarta pada Selasa pukul 06.00 WIB sempat turun drastis dengan indeks 67 berkategori sedang. Jakarta sempat menduduki posisi ke-26 untuk kualitas udara pada pagi hari.
Menurunnya angka polusi udara yang diukur tersebut menjadikan Jakarta untuk sementara berada di peringkat ke-26 kualitas udara di dunia.Namun, pada siang hari kualitas udara di Jakarta kembali memburuk dengan kategori tidak sehat.