REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan ada sebanyak 152 titik panas terpantau satelit pada Selasa pagi (6/8), yang menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dan Provinsi Riau masih penyumbang terbanyak titik panas.
“Iya, paling banyak di Riau ada 75 titik,” kata staf analisis BMKG Stasiun Pekanbaru, Gita Dewi Siregar di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan titik panas (hotspot) terpantau satelit pada pukul 06.00 WIB dan terdeteksi 152 titik di Sumatra. Riau terbanyak dengan 75 titik, kemudian Aceh 10 titik, Jambi 7, Sumatra Barat 2, Lampung 5, Sumatra Selatan 25, Sumatra Utara 18, dan Bangka Belitung 10.
Sebanyak 75 titik panas, katanya, paling banyak terjadi di Kabupaten Rokan Hilir ada 24 titik. Kemudian di Pelalawan ada 17 titik, Indragiri Hilir 15 titik, Siak ada 9 titik, Bengkalis 3 titik, Kepulauan Meranti 2 titik, Kampar 3 titik, dan Dumai dan Kuantan Singingi masing-masing satu titik.
Dari jumlah tersebut ada 53 titik api. Lokasi terbanyak di Rokan Hilir ada 19 titik, Pelalawan 13 titik, Indragiri Hilir 12 titik, Siak lima titik, dan Bengkalis serta Kampar masing-masing dua titik.
Ia mengatakan arah angin berhembus dari tenggara dan selatan. Asap karhutla dari Siak, Pelalawan dan Indragiri Hilir terbawa angin dan menyelimuti Pekanbaru.
“Pekanbaru sekarang ini berasap, jarak pandang dua kilometer,” katanya.
Menurut dia, Riau kini sangat rawan terbakar karena dalam dua hari ke depan tidak ada peluang hujan. Hujan diprakirakan baru terjadi pada tanggal 8 Agustus dengan intensitas ringan.
“Kemungkinan hanya hujan lokal,” katanya.
Gita mengatakan ada kemungkinan asap karhutla dari provinsi tetangga juga mencapai Riau, namun tipis.