Senin 05 Aug 2019 16:34 WIB

DPR Nilai Kerja Direksi PLN tak Fokus Sejak Sofyan Tersangka

Kinerja jajaran direksi PLN dinilai kacau oleh DPR sejak setahun terakhir.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Mantan Direktur Utama PLN Sofyan Basir (kedua kanan) berjabat tangan dengan Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto (kiri) dalam sidang lanjutan kasus suap proyek PLTU Riau-1 di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Mantan Direktur Utama PLN Sofyan Basir (kedua kanan) berjabat tangan dengan Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto (kiri) dalam sidang lanjutan kasus suap proyek PLTU Riau-1 di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Senin (5/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam menilai, kinerja direksi PLN sudah mulai kacau selama setahun terakhir. Kacaunya kinerja mereka, kata Hisjam semenjak eks direktur PLN Sofyan Basir jadi tersangka dalam kasus korupsi di KPK.

"Kenapa ini terjadi kan itu masalahnya. Ini saya melihat sejak 12 bulan terakhir, sejak Dirut PLN Sofyan Basir jadi saksi di KPK, direksi PLN sudah tidak fokus kerjanya," kata Hisjam saat dihubungi, Senin (5/8).

Baca Juga

Sofyan Basir sendiri kini tengah menjalani proses hukum sebagai tersangka di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hisjam menyebut, buruknya kinerja direksi terlihat saat rapat dengan Komisi VII DPR. Jajaran direksi disebut Hisjam tak mampu mengambil keputusan-keputusan krusial.

"Saling lempar-melempar, tidak ada yang berani ambil keputusan. Inilah akibatnya jaringan seharusnya sudah dikerjakan, ditenderkan tapi nggak ada berani yang mengerjakan," kata politikus Golkar itu.

Hisjam mencontohkan, buruknya kinerja PLN terlihat dalam mengerjakan proyek di Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Seharusnya, proyek dalam RUPTL itu bisa dikerjakan dalam tiga sampai enam bulan. Namun, pengerjaan itu tak terjadi.

"Harusnya sudah selesai dan tidak mesti sampai terjadi blackout seperti ini kalau dikerjakan dari kemarin. Padahal ini RUPTL 2019," ujar Hisjam.

Ia pun menerangkan, yang diadakan bukan hanya kapasitas listriknya, tetapi jaringan juga harus diperkuat. Namun, yang dilaksanakan PLN, kata dia, justru tidak sesuai RUPTL.

"Harusnya 500 kV itu dikerjakan dari Unggaran ke Bekasi. Sampai sekarang belum dijalankan, makanya terus dibelokkan ke selatan, selatan sedang perbaikan, lalu ya jebol karena memang tidak kuat," kata Hisjam.

Seperti diketahui, padamnya listrik di sejumlah titik Jabodetabek melumpuhkan berbagai aktivitas masyarakat. Pemadaman yang terjadi akibat Gas Turbin 1 sampai dengan 6 Suralaya mengalami  trip, lalu Gas Turbin 7  dalam posisi mati (off). Selain itu Pembangkit Listrik Tenaga Gas Turbin Cilegon juga mengalami gangguan atau trip.

Gangguan ini mengakibatkan aliran listrik di Jabodetabek mengalami pemadaman. Pelaksana Tugas (Plt) Dirut PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan, pihaknya masih berfokus memulihkan sistem kelistrikan. Dia memastikan, PLN akan melakukan investigasi atas terjadinya gangguan kelistrikan.

PLN, kata dia, akan menunjuk pihak independen untuk melakukan investigasi tersebut. "Kita tahu ini dampaknya luar biasa. Kami ingin melakukan perbaikan signifikan. Oleh karena itu, kami perlu masukan-masukan dari tim independen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement