REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Padam listrik total yang terjadi di Jabodetabek pada Ahad (4/8) sekitar pukul 11.45 WIB mengakibatkan empat rangkaian gerbong moda raya terpadu (MRT) di Jakarta berhenti tiba-tiba. Empat rangkaian terhenti saat sedang melintasi terowongan bawah tanah. Empat jalur yang berhenti itu Bedungan Hilir-Istora Senayan dan sebaliknya serta Lebak Bulus-Fatmawati dan sebaliknya.
Salah seorang penumpang MRT, Bayu Nugraha (27), menceritakan, sekitar pukul 12.00 WIB kereta yang ditumpanginya berhenti tiba-tiba. Saat itu ia berpikir bahwa MRT sedang mengalami gangguan. "Tapi, sudah ditunggu lama kok tidak jalan-jalan. Kami (penumpang) panik. Apalagi, saat itu masih di dalam terowongan kan," ujar Bayu di Stasiun MRT Bendungan Hilir, Jakarta, Ahad (4/8).
Setelah itu, petugas MRT memberi tahu penumpang untuk membuka jendela agar keadaan di dalam tak terlalu panas. "Jadi, di (gerbong) depan pintunya dibuka dan kita disuruh turun agar tidak ada bahaya lagi kalau di dalam. Habis itu penumpang semua jalan sampai stasiun terdekat," ujar Bayu.
Hal serupa juga diceritakan Retno (36) yang terpaksa jalan dari terowongan menuju stasiun MRT terdekat. “AC-nya kan mati, panas di dalam, terus belum ada pengumuman kenapa bisa mati. Setelah diberi tahu (petugas) bahwa ada listrik padam, penumpang langsung dievakuasi turun dari kereta," ujar Retno.
Retno menceritakan, evakuasi berjalan dengan tertib. Penumpang pun terlihat mengikuti arahan petugas dengan baik. "Walau agak capek karena jalan di rel kan," ujar Retno.
Penumpang-penumpang di kereta-kereta tersebut seluruhnya berhasil dievakuasi sekitar tengah hari. "Informasi dari OCC kami pukul 12.53 tadi semua penumpang sudah dievakuasi 100 persen. Tidak ada penumpang yang cedera," ujar Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin lewat keterangan resminya, Ahad (4/8).
Salah seorang penumpang, Rusdi Hartono (53), mengaku sempat panik saat kereta MRT tiba-tiba berhenti di dalam terowongan. "Saya bawa cucu, takut ada kenapa-kenapa, apalagi kemarin gempa kerasa sampai Jakarta. Takut saja kalau itu gempa susulan, tapi syukur bukan gempa susulan," ujar Rusdi.
Rusdi menceritakan, ia bersama penumpang lainnya terpaksa berjalan menyusuri rel menuju stasiun terdekat. Saat berada di dalam terowongan, hanya ada sejumlah lampu kecil yang menerangi jalan. Meski mengaku lelah, ia bersyukur dirinya dan satu orang cucunya selamat.
Gangguan listrik yang terjadi di Jabodetabek dan sejumlah wilayah di Jawa Barat juga berdampak terhadap operasional kereta rel listrik (KRL). Salah satunya KA 1354 yang terhenti di tengah lintasan. Alhasil, penumpang terpaksa turun untuk beralih ke moda transportasi lain.
Rangkaian KA 1354 yang berangkat dari Stasiun Jakarta Kota menuju Stasiun Bekasi itu terhenti di lintasan sebelum memasuki Stasiun Kranji. Semua penumpang pun akhirnya terpaksa turun untuk langsung menuju Jalan I Gusti Ngurah Rai yang berada di sebelah lintasan rel tersebut. "Saya dan semua penumpang terpaksa turun. Kereta sudah berenti total. Semua turun lewat tangga darurat," kata Haris Wirianto (19), di dekat KRL yang mogok, Ahad (4/8).
Haris menceritakan, KRL itu mulai berhenti sekitar pukul 12.00 WIB. Penumpang, kata dia, sempat menunggu kereta untuk kembali melanjutkan perjalanan selama 30 menit. "Ternyata setelah itu langsung ada pengumuman dari masinisnya. Katanya ada gangguan listrik sehingga perjalanan tidak bisa lanjut. Makanya turun semua," kata Haris.
Penumpang yang turun, kata Haris, langsung menaiki angkot untuk melanjutkan perjalanan. "Kebanyakan memang naik angkot karena ojek online juga gak bisa, kan jaringan juga hilang," ucapnya.
Sejumlah penumpang menunggu Kereta Rel Listrik (KRL) di Stasiun Manggarai, Jakarta, Ahad (4/8).
Ratusan calon penumpang juga tampak menumpuk di depan Stasiun Bekasi menyusul pemadaman kemarin. Sekitar pukul 16.00 WIB masih tampak ratusan penumpang menumpuk di pintu masuk selatan stasiun. Para calon penumpang itu duduk di lantai depan pintu masuk stasiun.
Titin (44 tahun), salah seorang calon penumpang yang terdampak, megatakan, ia telah menunggu di depan stasiun selama tiga jam. Ia memilih terus menunggu KRL kembali beroperasi karena tak mengetahui moda transportasi lain yang bisa mengatarnya menuju Tangerang. "Saya masih bingung gimana mau balik ke Tangerang. Padahal, besok saya harus masuk kerja setelah dua pekan libur," kata Titin.
Titin yang baru kembali dari kampung halamannya di Jawa Tengah hendak kembali ke Tangerang setelah berkunjung di rumah kerabatnya di Kota Bekasi. Ia sangat kecewa dengan kejadian ini sebab petugas stasiun sempat mengatakan kereta akan beroperasi segera, tetapi hingga pukul 16.00 WIB KRL tak kunjung beroperasi. "Tadi bilangnya satu jam. Nih, sudah hampir tiga jam saya di sini," ucap Titin.
Terus menunggu KRL kembali beroperasi, kata dia, merupakan solusi satu-satunya. Pasalnya, ia juga tidak bisa meminta pertolongan ke kerabatnya karena sinyal jaringan ponsel juga hilang. "Mau hubungi suami juga gak bisa, gak ada sinyal," ujarnya. n nawir arsyad akbar/febryan a ed: fitriyan zamzami