Senin 05 Aug 2019 06:56 WIB

Bersilaturahim pada Festival Tumpeng Sewu Banyuwangi

Festival ini bukan hanya untuk wisatawan, tetapi juga untuk pelestarian budaya.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas (kedua dari kanan) menghadiri Festival Tumpeng Sewu yang digelar masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (4/8).
Foto: Pemkab Banyuwangi
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas (kedua dari kanan) menghadiri Festival Tumpeng Sewu yang digelar masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (4/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi punya gawe besar tadi malam, Ahad (4/8). Sekitar seribu tumpeng disajikan warga di jalanan halaman depan rumah untuk dimakan beramai-ramai. Tradisi ini dikenal dengan Tumpeng Sewu, yang digelar setiap memasuki bulan Dzulhijjah, atau yang biasa disebut dengan bulan haji. 

Ribuan orang terlihat memadati jalan utama desa adat Kemiren. Para tamu pengunjung memasuki jalanan desa sambil berjalan kaki untuk menghormati ritual tersebut. Mereka yang melintasi jalan, disapa warga setempat untuk diajak menikmati tumpeng yang mereka suguhkan. 

Sekitar pukul 18. 00 atau usai Shalat Maghrib, ritual ini mulai dilangsungkan. Di bawah temaram api obor, semua orang duduk dengan tertib bersila di atas tikar maupun karpet yang tergelar di depan rumah. Di hadapan warga, tersedia tumpeng yang ditutup daun pisang. Dilengkapi lauk khas warga Kemiren, pecel pitik dan sayur lalapan sebagai pelengkapnya. 

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam tradisi Tumpeng Sewu mengatakan pihaknya bersyukur tradisi dan budaya di Banyuwangi terus tumbuh dan berkembang. 

"Inilah kekayaan festival kita, yang banyak berakar dari tradisi warga yang telah dijalankan turun temurun. Jadi, festival di Banyuwangi bukan hanya untuk wisatawan, tetapi juga untuk menopang pelestarian budaya," ujar Anas.

Anas menambahkan, lewat Festival Tumpeng Sewu kali ini, masyarakat bertemu, berkumpul, dan bersilaturahmi. "Semua warga, termasuk anak-anak muda berkumpul dan bergotong royong mengemas acara ini, sehingga warga menjadi guyub. Ini menjadi modal penting untuk terus membangun daerah," ujar Anas.

Tumpeng Sewu merupakan tradisi adat warga Desa Kemiren. Sebelum makan tumpeng sewu warga berdoa agar desanya dijauhkan dari segala bencana, dan sumber penyakit karena ritual tumpeng sewu diyakini merupakan selamatan tolak bala. Usai kumandang doa yang yang dibacakan sesepuh dari masjid di desa setempat, masyarakat mulai makan tumpeng bersama.

Tradisi ini menjadi salah satu atraksi yang dinanti wisatawan. Mereka ingin melihat dari dekat bagaimana warga Kemiren ramai-ramai menggelar kenduri masal di pinggir jalan desa. 

"Penasaran saja bagaimana selametan desa digelar di pinggir jalan. Semua warga keluar menghidangkan makanan sambil menyapa tamu untuk menikmati kulinernya, pecel pitik. Tradisinya dapat banget," ujar Niken Saras, wisatawan asal Semarang yang sedang berlibur di Banyuwangi. 

Tak hanya itu, terlihat sejumlah wisatawan asing juga ikut menikmati tradisi Tumpeng Sewu ini. Mereka berbaur dengan warga menikmati Pecel Pitik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement