Sabtu 03 Aug 2019 05:00 WIB

RSIY PDHI Terapkan Program Teleradiologi

Teleradiologi menyimpan dan mendistribusikan semua hasil digital alat radiologi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Dwi Murdaningsih
Dokter memeriksa rontgent paru anak yang dicurigai pneumonia.
Foto: Baby Center
Dokter memeriksa rontgent paru anak yang dicurigai pneumonia.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rumah Sakit Islam Yogyakarta (RSIY) PDHI bersiap menerapkan program teleradiologi. Program ini akan diterapkan guna menunjang pelayanan yang lebih baik.

Kepala Unit Radiologi RSIY PDHI, Ali Rooin Masu'ul mengatakan, teleradiologi merupakan sistem pusat data yang menyimpan dan mendistribusikan semua hasil digital alat radiologi seperti rontgen, panoramic dan CT Scan menjadi file. File tersebut nantinya dapat dimasukkan ke dalam sistem rumah sakit.

Jika semua hasil radiologi sudah masuk ke pusat data, lanjut Ali, hasilnya dapat dilihat di setiap klinik rawat jalan, ICU, Ruang Operasi, UGD, maupun bangsal. Hal itu tentunya menjadikan data pasien akan terasipkan dengan detail dan lebih baik.

"Jika sudah masuk ke dalam sistem, maka di rawat jalan, klinik atau bangsal dapat melihat hasil tanpa harus menunggu filmnya selesai dicetak,” kata Ali berdasarkan siaran pers yang diterima Republika.co.id, Jumat (2/8).

Ali menjelaskan, teleradiologi ini akan memberikan dampak luar biasa bagi rumah sakit. Proses pelayanan kepada pasien menjadi lebih cepat bahkan dapat mengefisiensi anggaran.

Ia mencontohkan, setelah pasien selesai difoto di radiologi, rumah sakit akan merekonstruksi. Data pun akan langsung disimpan dan diunggah ke sistem. 

Data tersebut akan langsung masuk ke Sistem Informasi Manajeman (SIM) Rumah Sakit yang bisa dilihat kapan saja oleh dokter. “Jadi pasiennya belum sampai kembali ke bangsal, hasilnya sudah sampai sana dahulu,” lanjut Ali.

Dalam efisiensi anggaran, teleradiologi ini juga memberikan dampak yang bagus. Ali menjelaskan, kebutuhan pengadaan film untuk radiologi dapat mencapai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta per bulannya.

Namun, anggaran itu dapat dipangkas dengan menerapkan teleradiologi ini. Anggaran yang dihemat pun bisa mencapai rata-rata Rp 300 juta dalam satu tahun. 

"Itu luar biasa angkanya,” kata Ali.

Secara sistem, lanjut Ali, RSIY PDHI sendiri sudah siap menerapkan program ini. Pihaknya pun akan segera mensosialisasikan program ini ke berbagai layanan yang ada termasuk ke Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) di RSIY PDHI.

"Targetnya, tahun ini kita sudah tidak menggunakan film radiologi lagi dan diganti dengan sistem teleradiologi," ujarnya.

Lebih lanjut Ali menjelaskan sistem teleradiologi ini produk yang dihasilkan dari tim IT RSIY PDHI sendiri. Ali bersyukur rumah sakit memiliki IT yang handal dan mampu membuat sistem secara mandiri.

"Kalau beli ke pihak luar harganya bisa sampai Rp 2 miliar. Alhamdulillah, tim IT kita dapat mengembangkan sendiri sistem teleradiologi tersebut,” jelas Ali.n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement