Jumat 02 Aug 2019 17:25 WIB

Pembangunan RS Paru Karawang Molor dari Target

RS Paru ini dibangun dari dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT) Rp 152,6 miliar.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Paru-Paru Basah (Ilustrasi)
Foto: thebody
Paru-Paru Basah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pembangunan RS Paru yang ada di Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang, belum rampung. Sebelumnya rumah sakit khusus ini, digadang-gadang selesai dibangun Juli 2019. 

Namun, saat ini pembangunan fisiknya masih belum beres. Akibatnya, rumah sakit ini belum bisa beroperasi.

Baca Juga

Asda II Kabupaten Karawang, Ahmad Hidayat, mengatakan, seharusnya pembangunan fisik RS Paru ini selesai sampai akhir Juli kemarin. Akan tetapi, karena ada sejumlah kendala,  pembangunan itu belum selesai 100 persen.

"Saat ini, menyisakan 10 persen lagi pembangunan fisiknya. Tinggal menyelesaikan yang kecil-kecilnya saja," ujar Hidayat, kepada Republika.co.id, Jumat (2/8).

Akibat belum rampungnya fisik bangunan ini, maka rumah sakit milik pemerintah ini belum bisa beroperasi. Jangankan beroperasi, lanjut Hidayat, untuk rekrutmen SDM-nya juga belum bisa dilakukan. Sebab, rekrutmen pegawai dari mulai pimpinan hingga bawahan, menunggu beresnya pembangunan RS ini.

Adapun teknis rekrutmen pegawai, lanjut Hidayat, kewenangannya ada di Dinas Kesehatan. Termasuk, data mengenai jumlah dokter paru-paru yang dibutuhkan berapa, perawat berapa dan lainnya.

Hidayat menyebutkan, RS Paru ini dibangun dari APBD Karawang. Yakni, berasal dari dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT) sebesar Rp 152,6 miliar. Dana ini, terkumpul sejak 2012 lalu. 

"Sedangkan awal pembangunannya sejak Agustus 2018 lalu," ujarnya.

Rumah sakit ini, dibangun di atas lahan seluas 2,2 hektare. Dengan konsep green architecture. Di rumah sakit ini, akan ada taman terapi dan fasilitas lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement