REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat perubahan iklim dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Rizaldi Boer menyebut fenomena alam El Nino menjadi penyebab panjangnya durasi musim kemarau pada tahun ini di Indonesia. Ia pun memprediksi, musim hujan bakal datang terlambat.
Kekeringan kembali meluas karena intensitas hujan selama musim kemarau pada tahun ini anjlok drastis di bawah level normal. Fenomena ini terjadi hampir merata di seluruh Indonesia. Sampai akhir tahun ini, Rizaldi menyebut, curah hujan diprediksi terus di bawah normal sehingga musim kemarau akan lebih panjang.
"Kondisi ini disebabkan oleh kembali terjadinya fenomena El Nino, walaupun intensitasnya tidak kuat tapi dibarengi oleh kondisi suhu muka laut di perairan Indonesia yang cenderung turun, yang dikenal sebagai fenomena Indian Dipole," kata Rizaldi Boer kepada Republika.co.id, Kamis (1/8).
"Sehingga, pengaruh El Nino walau pun tidak begitu kuat tapi dampaknya besar dan meluas," sambung dia.
Akademisi IPB ini berpandangan, program pemerintah sejauh ini belum memadai untuk mengatasi dampak kekeringan pada tahun ini yang diperkirakan cukup luas. Alhasil, wilayah terdampak kekeringan akan tetap tinggi.
"Bantuan untuk mendapatkan tambahan air irigasi dari sumber air alternative seperti air sumur, sungai dengan pompanisasi dapat mengurangi dampak," ujarnya.
Bagaimanapun, dia mendukung upaya pemerintah yang menyalurkan bantuan benih dan kredit petani yang terkena dampak kekeringan. Harapannya, bantuan tersebut dapat membatu petani hingga musim tanam berikutnya.
"Dengan begitu petani bisa tanam pada musim hujan tahun ini tepat waktu atau tidak terlambat untuk menghindari risiko kekeringan tahun depan," ucapnya.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah menyalurkan total 28 juta liter air ke wilayah terdampak kekeringan. Harapannya, bantuan air dapat mengurangi dampak kekeringan bagi masyarakat dan lahan pertanian terancam puso.
Plh Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo menyebut sampai saat ini sudah ada 2.347 desa di tujuh provinsi yang terdampak kekeringan. Bantuan air disalurkan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dari jumlah itu, sudah ada 61 Kabupaten yang menyatakan siaga darurat kekeringan.