REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebanyak 12 guguran awan panas dikeluarkan Gunung Merapi sepanjang Juli 2019. Angka itu alami kenaikan dibandingkan aktivitas awan panas sepanjang Juni 2019 yang cuma memuntahkan tujuh guguran.
Jumlah itu tiga kali lebih banyak dibandingkan guguran awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi selama Mei 2019. Tapi, jumlah itu memang tidak jauh berbeda dengan April 2018 dengan 18 guguran.
Sepanjang Juli 2019, guguran awan panas Gunung Merapi dengan jarak luncur terjauh dicatatkan 21 Juli dengan 1.100 meter. Sebagian besar guguran awan panas masih mengarah ke hulu Kali Gendol.
Namun, jarak luncur awan panas itu memang tidak sejauh guguran yang terjadi tiga bulan sebelumnya. Sebab, jarak luncur awan panas April sampai 1.450 meter, Mei 1.200 meter dan Juni 1.350 meter.
Meski guguran awan panas selama alami kenaikan, aktivitas lava pijar selama Juli mengalami penurunan. Sebab, sepanjang Juli, tercatat ada 177 guguran lava pijar yang dikeluarkan Gunung Merapi.
Angka itu memang masih lebih sedikit jika dibandingkan Juni yang mengeluarkan 209 lava pijar. Namun, lebih banyak dibandingkan April yang cuma 127 guguran dan Juni 140 guguran lava pijar.
Selama Juli, jarak luncur guguran lava pijar terjauh terjadi pada 12 Juli dengan 1.200 meter. Aktivitas lava pijar harian terbanyak dikeluarkan pada 14 Juli sebanyak 17 guguran.
Namun, jumlah hari kosong akvititas lava pijar selama Juli memang lebih banyak mencapai lima hari pada 5, 16, 19, 20 dan 24 Juli. Ini lebih banyak dibandingkan jumlah hari kosong April, Mei dan Juni.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan, Yulianto melaporkan, dua guguran lava pijar sudah membuka aktivitas Agustus. Dua guguran itu tercatat pada periode pengamatan 00.00-12.00.
Secara meteorologi, cuaca berawan dan mendung dengan angin bertiup lemah ke timur. Suhu udara 17,8-24,6 derajat celcius, kelembaban udara 56-69 persen Dan tekanan udara 628,3-710,1 milimeter merkuri.
"Secara visual asap kawah tidak teramati," kata Yulianto, Kamis (1/8) siang.
Volume kubah lava Gunung Merapi mengalami kenaikan selama Juli 2019. Pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat volume Juli mencapai 475.000 meter kubik.
Volume itu tercatat sebagai yang paling besar jika dibandingkan selama semester pertama tahun ini. Jika dibandingkan volume Juni 458.000 meter kubik, ada kenaikan sekitar 17.000 meter kubik.
Angka itu lebih besar pula jika dibandingkan bulan-bulan awal tahun ini. Seperti Februari seluas 461.000 meter kubik, Maret seluas 472.000 meter kubik dan April seluas 466.000 meter kubik.
Akhir pekan lalu, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, kubah lava saat ini dalam kondisi stabi dengan laju pertumbuhan yang masih relatif rendah.
"Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi dan ditetapkan dalam tingkat aktivitas waspada," ujar Budi.
Untuk itu, BPPTKG masih mengimbau radius tiga kilometer dari puncak agar dikosongkan dari aktivitas penduduk dan pendakian. Masyarakat sekitar alur Kali Gendol diminta pula meningkatkan kewaspadaan.
Selain itu, guguran lava pijar dan awan panas berpotensi menimbulkan hujan abu. Karenanya, masyarakat di sekitar Gunung Merapi diimbau mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik.
"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi," kata Budi.