Jumat 02 Aug 2019 02:00 WIB

Separuh Lebih Sampah Kabupaten Bekasi tak Terangkut

Sampah yang tidak terangkut diolah di bank sampah atau dibuang ke sungai dan TPS liar

Rep: Febriyan A/ Red: Dwi Murdaningsih
Kali Busa di Kelurahan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi, yang dipenuhi sampah pada Senin (29/7). Sampah menumpuk di aliran sungai itu sepanjang dua kilometer.
Foto: Republika/Febryan A
Kali Busa di Kelurahan Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi, yang dipenuhi sampah pada Senin (29/7). Sampah menumpuk di aliran sungai itu sepanjang dua kilometer.

REPUBLIKA.CO.ID, CIKARANG -- Permasalahan sampah di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat tak kunjung habis. Setelah Kali Pisang Batu dipenuhi sampah pada Januari lalu, kini giliran Kali Busa yang mengalami hal serupa. Sampah yang menumpuk di dua kali itu jenisnya sama, yakni sampah rumah tangga.

Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi Dodi Agus Supriyanto, mengakui, jumlah sampah yang dihasilkan warga Kabupaten Bekasi setiap harinya mencapai 2.400 ton. Namun, yang terangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Burangkeng hanya sebanyak 850 ton.

Baca Juga

"Sisa sampah yang tidak terangkut ada yang habis terkelola melalui bank sampah yang jumlahnya ada 170 unit. Ada juga masyarakat yang buang ke kali dan ke TPS liar," ungkap Dodi, Rabu (31/7).

Pernyataan Dodi terbukti dengan penumpukan sampah di Kali Pisang Batu di Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, yang mencapai satu kilometer pada awal Januari lalu. Penumpukan sampah di sana sampai membuat aliran kali berhenti sehingga petugas terpaksa turun untuk membersihkanya.

Sedangkan pada bulan Maret lalu, sampah juga mulai menumpuk di Kali Busa, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Sampah di sana menumpuk sepanjang dua kilometer dengan volume sekitar 400 ton. Hingga kini, upaya pembersihan baru dilakukan sebanyak dua truk sampah saja. Satu truk sampah biasanya berkapasitas lima ton.

Dodi melanjutkan, dengan jumlah penduduk sekitar 3,9 juta, pengendalian sampah di Kabupaten Bekasi memang butuh waktu. Masalahnya, kata dia, adalah terbatasnya jumlah personil kebersihan, armada truk sampah dan juga TPA Burangkeng yang sudah mencapai titik tampung maksimal.

"Prioritas kita sekarag bagaimana menangani sampah di TPA dulu. Karena sudah overload, lahan sudah tidak ada," kata Dodi.

Dia menuturkan, jika TPA belum ada penambahan lahan, maka penambahan armada maupun petugas akan sia-sia. Karena, sampah tetap tidak bisa diangkut menuju TPA. "Yang terpenting rumahnya dulu (diperbaiki), yakni TPA Burangkeng," ujar dia.

Dia memaparkan, lahan TPA Burangkeng yang kini luasnya 11,6 hektare akan ditambah 35 hektare secara bertahap dalam lima tahun kedepan. "Penganggarannya setahun-setahun, gak bisa langsung," kata dia.

Sedangkan untuk truk sampah, kata dia, saat ini hanya terdapat sebanyak 111 armada. Menurut dia, jumlah sebanyak itu belumlah memadai untuk mengangkut sampah karena setiap kecamatan hanya kebagian 6-7 armada.

"Kalau kecamatan di break down, ada yang punya 8-12 desa. Bisa dihitung, cukup gak kendaraan yang dipunya pihak kebersihan," ucap dia. Kabupaten Bekasi memilki 23 kecamtan.

Menurut dia, untuk mencapai jumlah armada yang ideal, maka perlu penambahan armada sebanyak 320 unit. Namun, pengadaan armada tidaklah menjadi fokus DLH Kabupaten Bekasi, lantaran akan menitikberatkan anggaran untuk perluasan lahan TPA Burangkeng. Termasuk penambahan petugas kebersihan yang saat ini sebanyak 1.112 orang juga tidak akan ditamabah dalam waktu dekat.

 

Semua kebutuhan untuk penaganan sampah itu, ujar dia, akan disesuaikan dengan ketersedian anggaran setiap tahunnya. Untuk tahun ini, DLH Kabupaten Bekasi mendapatkan pagu anggaran sebesar Rp 40 miliar. "Makanya satu-satu dulu," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement