REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Sejumlah warga penggiat konservasi di pesisir selatan Tulungagung, Jawa Timur, mengakui jumlah indukan penyu yang bertelur di pantai-pantai setempat kini turun drastis. Hal ini sebagai akibat dibukanya beberapa kawasan pantai konservasi alami untuk objek wisata.
"Dulu penyu biasa bertelur di Pantai Ngalur dan Sanggar. Tapi mungkin karena di sana mulai banyak orang (wisatawan), sekarang jarang terlihat penyu mendarat untuk bertelur," tutur Purjo Lompong, Ketua Pokdarwis Sanggar Ria, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung, Tulungagung, Rabu (31/7).
Di pesisir wilayah ini, warga mengidentifikasi ada empat pantai yang selama ini menjadi area penyu bertelur. Keempat pantai itu yakni Pantai Sanggar, Ngalur, Pathuk Gebang dan Jung Pakis.
Dulu, dalam satu musim bertelur, induk penyu yang mendarat bisa mencapai puluhan hingga ratusan ekor. Namun kini jumlahnya sudah jauh menurun.
Musim bertelur tahun ini, Purjo dan kawan-kawan yang aktif bergiat konservasi secara mandiri hanya mengudentifikasi 2-3 ekor induk penyu yang bertelur. Itupun yang akhirnya berhasil ditemukan dan dievakuasi komunitas pecinta penyu hanya satu ekor.
"Kondisi pantai yang kotor akibat sampah plastik dan kayu juga mempengaruhi penurunan jumlah penyu yang mendarat di pesisir pantai sekitar sini," ucap Andik, penggiat konservasi penyu yang lain.
Masalah keamanan penyu dan telur penyu disebut Purjo paling mengkhawatirkan. Sebab selain kerap hilang dan curi/dimakan predator alaminya, perburuan manusia yang semakin tak terkendali membuat penyu kian jarang nampak.
"Populasi penyu juga sudah jauh menurun akibat perburuan manusia. Itu yang penyu kian langka dan langka bisa ditemui," ujarnya.