REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Jayabaya Igor Dirgantara memprediksi persaingan perebutan ketua umum Golkar bakal berlangsung sengit. Dia mengatakan, panasnya perebutan posisi tertinggi partai berlambang pohon beringin itu tak lepas dari persaingan antara Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo (Bamsoet).
Direktur Survey and Polling Indonesia (SPIN) itu mengibaratkan persaingan Airlangga dengan Bamsoet seperti El Clasico di La Liga ataupun Derby Milano di Seria A Liga Italia. "Ini pertarungan panas," kata Igor Dirgantara di Jakarta, Rabu (31/7).
Igor mengalisis, Airlangga sebagai pejawat memiliki kelemahan yang bisa membuka celah bagi Bamsoet menjadi kuda hitam. Dia berpendapat, Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga kalah bersaing dengan partai lain dalam menggaet pemilih baru.
Airlangga, dia mengatakan, hanya bisa mempertahankan pemilih tradisional Golkar. "Artinya Golkar hanya mempertahankan loyalitas pemilih lamanya saja, padahal secara alamiah pemilih tradisional makin berkurang," katanya.
Igor menilai Airlangga tak begitu moncer dalam menggaet kalangan milenial untuk memilih Golkar. Dia mengatakan, menteri perindustrian itu gagal mendapatkan pemilih baru yang justru beralih ke partai-partai baru.
Igor lantas merujuk surat dari Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie yang berisi arahan tentang evaluasi terhadap kepemimpinan Airlangga. Sebab, perolehan suara dan kursi parlemen Golkar pada Pemilu 2019 turun dibandingkan pesta demokrasi lima tahun lalu.
“Ada surat dari wanbin (dewan pembina) yang menginginkan evaluasi karena dari tahun ke tahun suara Golkar turun," katanya.
Karena itu jika pemilihan calon ketua umum Golkar dilakukan melalui voting, Igor menyebut Airlangga bakal harap-harap cemas. Sebab, Bamsoet sebagai penantang Airlangga bukanlah rival yang mudah ditaklukkan.
"Kalau ada voting, ada ruang dan kesempatan kepada Bambang Soesatyo sebagai kompetitor memperoleh suara untuk bisa mengalahkan Airlangga Hartarto," katanya.
Igor memprediksi Ketua Umum Golkar mendatang tidak akan terpilih secara aklamasi meski hanya ada dua kandidat. Dia mengatakan, munas Golkar nanti sangat besar potensi voting ketimbang aklamasi mengingat keduanya memiliki kekuatan. Meski Airlangga sebagai pejawat tetap difavoritkan, Igor mengatakan, peta politik di Golkar bisa berbalik.