Rabu 31 Jul 2019 20:18 WIB

Tim Kehilangan Jejak Macan Tutul yang Masuk Permukiman

Tim setop sementara pencarian macan tutul yang masuk perkebunan warga di Tasikmalaya.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Yudha Manggala P Putra
Seekor Macan Tutul (Panthera Pardus) ditemukan bertengger di dahan pohon aren di kawasan permukiman warga Kampung Badeung, Desa Gunajaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (31/7/2019).
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Seekor Macan Tutul (Panthera Pardus) ditemukan bertengger di dahan pohon aren di kawasan permukiman warga Kampung Badeung, Desa Gunajaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (31/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Proses pencarian macan tutul yang masuk ke areal perkebunan warga di Kampung Badeung, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, belum membuahkan hasil. Hingga Rabu (31/7) sore, tim di lapangan memutuskan untuk menghentikan proses pencarian sementara lantaran kondisi mulai gelap dan jejak macan tutul telah menghilang.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah VI Tasikmalaya Bidang, Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah III Ciamis, Didin Syarifudin mengatakan, proses pencarian akan dilanjutkan pada Kamis (1/8) pagi. Petugas tetap akan melakukan pemantauan di pemukiman warga untuk bersiaga.

"Macan tutul sempat terlihat, tapi pencarian dari tadi siang sampai sekarang belum membuahkan hasil. Ada kemungkinan bersembunyi atau bergeser ke tempat lain," kata dia kepada Republika di lokasi.

Didin menambahkan, tim terkendala beberapa masalah selama proses pencarian satwa liar itu. Pertama, posisi satwa yang berada di atas pohon membuat jarak pandang dan posisi tembak tertutup. Alhasil, obat bius yang ditembakkan selalu gagal mengenai satwa.

Selain itu, banyaknya masyarakat yang berkumpul membuat satwa takut dan kabur. Karena itu, pada pencarian selanjutnya ia mengimbau masyarakat tidak berada terlalu dekat dengan lokasi, sehingga tim bisa konsentrasi di areal pencarian.

"Pencarian selanjutnya akan lebih efektif, karena kita sudah datangkan bantuan tim dari Taman Safari Indonesia," kata dia.

Didin mengatakan, hingga saat ini asal macan tutul yang ditemui warga Desa Gunajaya belum bisa diprediksi. Namun, berdasarkan informasi dari masyarakat ada, kemungkinan satwa berasal dari Gunung Tanjung atau Gunung Malabar, yang notabene masih satu kawasan dengan lokasi ditemukannya macan tutul. Meski begitu, belum ada kepastian akan hal itu. Pasalnya, di kawasan yang dikelola oleh Pethutani itu tidak diketahui terdapat habitat macan tutul.

Untuk memastikan asal satwa tersebut, Didin mengatakan, pihaknya akan terus melakulan pencarian hingga satwa ditemukan. Bukan hanya memastikan asal satwa. Lebih dari itu, macan tutul liar itu harus ditangkap dan dipindahkan agar tidak terjadi konflik antara satwa dan manusia.

"Yang penting kan masyaralat selamat dan satwa tak terganggu. Karena warga juga khawatir, sehingga kita akan usaha terus agar bisa ditangkap," kata dia.

Namun, hingga saat ini belum ada laporan adanya korban atau kerugian warga sekitar akibat kehadiran macan tutul tersebut. Didin mengatakan, pada dasarnya satwa itu tidak terlalu mengganggu. Hanya saja, warga merasa ketakutan. Apalagi, lokasi terlihatnya satwa yang diperkirakan berusia dua tahun itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah warga.

Sebelumnya, seekor macan tutul muncul di areal perkebunan milik warga di Kampung Badeung, Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya pada Selasa (30/7). Penampakan macan tutul itu terlihat di pepohonan itu pun menggegerkan warga setempat.

Aceng Sapardi (44 tahun), salah seorang warga yang pertama kali melihat satwa itu mengaku terkejut, dengan adanya macan tutul di bertengger. Awalnya, ia mengira sosok itu merupakan musang. Namun setelah diperjelas, ternyata benar macan tutul.

"Yakin itu macan tutul karena ciri-cirinya totol-totol, sebesar anjing besar. Sempet turun tapi naik lagi," kata lelaki yang meriupakan pemburu musang itu.

Sementara itu, Ate (44) mengatakan, warga sempat khawatir dengan munculnya sosok macan tutul tersebut. Pasalnya, kejadian itu baru kali pertama di Desa Gunajaya, Kecamatan Manonjaya.

"Kita juga gak tahu dari mana asalnya, soalnya di sini juga hutannya tinggal sedikit," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement