REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak bencana Kemenko PMK Dody Usogo mengungkapkan bulan Agustus akan menjadi puncak musim kemarau di Indonesia. Pemerintah berkomitmen menanggulangi dampak kemarau dengan penyaluran bantuan air.
Dody menyebut kemarau berdampak menjadi bencana kekeringan pada Juli hingga Oktober. Sehingga ia meminta masyarakat bersiap menghadapinya.
"Berdasarkan pendataan dari BMKG ditemukan kekeringan Juli-Oktober dengan puncaknya pada Agustus," katanya dalam konferensi Pers mengenai kesiapsiagaan mengantisipasi musim kemarau dan kebakaran hutan & lahan pada Selasa, (30/7).
Tercatat, 55 kepala daerah sudah menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan. Diantaranya di Banten, Jabar, Jateng, Yogyakarta, Jatim, NTT, NTB. Sedangkan provinsi dengan status siaga karhutla ialah Riau, Kalbar, Sumsel, Kalteng, Kalsel.
"Untuk bencana kekeringan, upayanya pendistribusian air bersih sudah sebanyak 7 juta liter, penambahan mobil tanki, hidran umum, pembuatan sumur bor dan kampanye hemat air," ujarnya.
Sebagai solusi selain distribusi air bersih, ia menyebut pemerintah melalui BMKG sudah menyosialisasikan daerah terdampak kekeringan. Melalui prediksi itu maka diharapkan ada kewaspadaan dari Pemda setemoat. Kemudian BNPB juga sudah menurunkan satgas siaga Karhutla guna meredam kebakaran lahan.
"Satgas Karhutla sudah diterjunkan ya ke provinsi Riau, Sumsel, Kalbar, Kalteng. Kekuatan sekitar 1502 orang. Mereka bertugas mengantisipasi dan mengedukasi karhutla di masyarakat," ucapnya.