REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Pegiat lingkungan dari Forum Komunikasi Daerah Aliran Sungai Citarum (Forkadas C+) Kabupaten Karawang, Willy Firdaus, mengatakan, bau ceceran limbah minyak dampak dari kebocoran eksplorasi sumur YYA-1 Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, bikin mual. Karena itu, organisasi ini menyarankan kepada pihak Pertamina untuk memerhatikan K3 bagi warga dan nelayan yang diperbantukan mengumpulkan limbah spill oil tersebut.
"Baunya sangat menyengat, tak bisa digambarkan. Namun, sesaat setelah mencium bau itu, perut menjadi mual," ujar Willy yang juga menjabat sebagai Koordinator Litbang ForkadasC+ Karawang, kepada Republika.co.id, Senin (29/7).
Karena itu, lanjut Willy, pihaknya ingin Pertamina lebih memerhatikan kesehatan para nelayan dan warga yang membantu mengumpulkan ceceran limbah minyak itu. Mengingat, berdasarkan pengamatannya ketika mendatangi Pantai Sedari dan Cemarayajaya, di Kecamatan Cibuaya, pada akhir pekan kemarin, banyak warga yang tidak menggunakan peralatan safety.
Bahkan, untuk penutup mulut dan hidung saja, warga pesisir itu hanya menggunakan kaos bajunya yang diikatkan ke wajah, layaknya tergos ninja dalam film-film Jepang. Seharusnya, lanjut Willy, warga dan nelayan itu menggunakan pakaian standar kelayakan.
Seperti, menggunakan pakaian safety serba putih, sepatu, sarung tangan dan masker wajah. Tetapi, pada kenyataannya banyak dari mereka yang mengumpulkan limbah minyak itu dengan tangan terbuka yang memegang peralatan sederhana. "Kebetulan, saya tidak menyentuk ceceran limbah itu. Jadi, tidak mengetahui dampak dari kontak langsung dengan limbah tersebut terhadap kulit," ujarnya.