Senin 29 Jul 2019 03:14 WIB

Penurunan Suara Golkar Jadi Batu Sandungan Airlangga

Peneliti LIPI menilai ada sejumlah masalah yang bisa jadi batu sandungan Airlangga.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Logo Partai Golkar.
Foto: Dokrep
Logo Partai Golkar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Politik LIPI Aisah Putri Budiarti menungkapkan sejumlah masalah yang berpotensi menghambat Airlangga Hartanto dalam perebutan kursi ketua umum Golkar. Dia mengatakan, penurunan suara partai berlogo pohon beringin itu dalam Pileg 2019 bisa menjadi salah satu batu sandingan Airlangga.

"Kondisi menurunnya perolehan suara Golkar di DPR RI, secara persentase, dari Pileg 2019 bisa menjadi catatan evaluasi baginya dalam munas nanti," kata Aisah, Ahad (28/7).

Baca Juga

Menurutnya, berkurangnya perolehan suara ini tak bisa dipisahkan dari kepemimpinan Airlangga. Seperti diketahui, Airlangga tak hanya menahkodai Golkar, namun juga mengambil jabatan sebagai Menteri Perindustrian.

Secara garis besar, dia mengatakan seharusnya perolehan suara saat Pileg 2019 menjadi tanggung jawab Airlangga. Pada Pileg 2014, perolehan persentase Golkar mencapai 14,7 persen, sementara saat ini perolehannya berkurang dua persen lebih.

Selain itu, masih adanya kader Golkar yang terjerat kasus korupsi menjadi batu ganjalan lain bagi Airlangga. Aisah mengatakan saat ini Golkar punya pekerjaan rumah yang berat di bawah Airlangga. Menteri Perindustrian sekaligus Ketum Golkar itu harus membersihkan image partai terkait komitmen anti-korupsi.

"Bersih dari korupsi pascakasus Setya Novanto dan banyak kadernya yang tertangkap korupsi," katanya.

Di sisi lain, Aisah menakar peluang Ketua DPR Bambang Soesatyo di Musyawarah Nasional Golkar. Menurut dia saat ini Bamsoet punya kans di Munas. Pasalnya, ada pertemuan yang dilakukan dengan Presiden Joko Widodo belum lama ini. Meski sama-sama melakukan pertemuan seperti Airlangga, namun pertemuan antara Jokowi dan Bamsoet dianggap punya sinyal lebih kuat.

"Dari segi simbol politik, pertemuan dengan Bamsoet beberapa waktu lalu bisa menjadi sinyal kecenderungan dukungan Jokowi pada Bamsoet. Namun, tentunya kita tidak bisa memastikan hal tersebut, karena proses menuju munas masih panjang," kata Aisah lagi.

Dari segi konsolidasi kekuatan, Bamsoet juga dinilai lebih gencar daripada Airlangga. Selain Jokowi, Bamsoet telah menemui tokoh kunci seperti BJ Habibie. Jika konsisten, maka hal ini akan sangat berpengaruh pada kekuatan Bamsoet.

"Gerakan ke tokoh penting di level nasional, dan diikuti konsolidasi kekuatan ke bawah. Maka gerak cepat ini bisa memberikan peluang bagi Bamsoet, apalagi Airlangga kelihatannya lebih "santai"," ujar Aisah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement