REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, banyaknya titik panas di Indonesia pada 2019 ini belum separah 2015. Akan tetapi, khusus Riau, jumlah titik panas di sana saat ini hampir menyamai jumlah titik panas pada 2018.
"Hotspot 2019 ini belum separah 2015. Namun demikian khusus Riau jumlah hotspot-nya sudah mendekati 2018," ujar Kepala Staf Sub Bidang Analisis Informasi Iklim BMKG Pusat, Adi Ripaldi, kepada Republika.co.id, Ahad (28/7).
Berdasarkan data milik BMKG, jumlah titik panas di Riau hingga 28 Juli 2019 mencapai 1.750 titik. Jumlah tersebut hampir menyamai jumlah tahun lalu yang mencapai 1.809 titik. Angka tersebut masih berada di bawah jumlah titik panas di Riau pada 2015 lalu yang mencapai angka 4.965 titik.
Pada 2015 lalu, total titik panas yang ada di 11 provinsi, yakni Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua mencapai 84.724 titik. Titik terbanyak ada di Kalimantan Tengah, yakni 21.809 titik.
Tahun ini, sejak awal tahun hingga 28 Juli 2019 tercatat ada 3.772 titik panas. Jumlah tersebut berasal dari 11 provinsi yang sama dengan 2015 lalu. Untuk tahun ini, di Kalimantan Tengah terdapat 391 titik panas. Titik panas terbanyak ada di Riau.
Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto, mengatakan penyebab yang dapat membuat tingkat kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan semakin meningkat. Hal itu, yakni perkembangan musim kemarau yang ditandai dengan terus meluasnya daerah dengan curah hujan rendah, suhu udara siang hari yang cukup panas berkelembapan rendah, dan kecepatan angin yang kuat.