Ahad 28 Jul 2019 03:11 WIB

Pengamat: Golkar Jangan Sampai Terbawa Manuver Nasdem

Pengamt menilai Golkar punta posisi tawar yang lebih tinggi dari Nasdem.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Pangi Syarwi Chaniago, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting
Foto: Dok Pribadi
Pangi Syarwi Chaniago, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai pertemuan empat partai politik Koalisi Indonesia Kerja (KIK) di Gondangdia beberapa waktu lalu, bisa menimbulkan tafsir yang bermacam-macam. Pangi mengingatkan Golkar jangan sampai ikut terbawa manuver politik Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh.

Pangi mengatakan, Golkar sebenanrya memiliki posisi tawar yang lebih. Ini, dia melanjutkan, mengingat perolehan suara partai berlogo pohon beringin itu yang berada di atas Nasdem. Menurut Pangi, pertemuan para Ketua Umum partai PPP, PKB, Golkar dan Nasdem itu bisa ditafsirkan macam-macam. Menurutnya, pertemuan tersebut bisa sekadar silaturahmi biasa atau hal lain.

Baca Juga

"Kalau itu pertemuan koalisi biasa tidak ada masalah. Namun kalau bicara soal bargaining, posisi tawar Airlangga hilang," kata Pangi di Jakarta, Sabtu (27/7).

Pendiri Voxpol Center itu mengatakan, hal yang jadi pertanyaan adalah ketidakhadiran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ataupun utusannya dalam pertemuan di DPP Nasdem itu. Pangi menilai alasan Megawati sedang di luar Jakarta atau sibuk mempersiapkan Kongres PDIP tidak masuk akal.

Dia mengatakan, PDIP masih searah dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam menyikapi Gerindra. PDIP dan Jokowi, katanya, sangat terbuka terhadap Gerindra untuk masuk barisan koalisi pendukung pemerintahan.

"Kenapa pertemuan partai koalisi minus PDIP? Ini yang harus dijelaskan, apalagi Golkar sebenarnya punya posisi tawar lebih besar," katanya.

Pangi menganggap Surya dan Airlangga bermanuver untuk menentang keinginan Jokowi dan PDIP memberi kesempatan Gerindra untuk bergabung. Dia berpendapat, Nasdem dan Golkar terancam bakal berkurang jatahnya di kabinet jika Gerindra bergabung ke koalisi Jokowi.

Dia mengatakan, sebenarnya Nasdem dan Golkar bisa mengomunikasikan persoalan itu tanpa membuat panggung politik baru. Jika pertemuan itu menyinggung PDIP, katanya, Megawati bisa tak berkenan.

"Kalau Megawati marah, Jokowi juga pasti marah. Kenapa sih ada panggung-panggung begitu. Kalau mereka percaya Pak Jokowi, ya percaya saja tidak usah bermanuver untuk membuat panggung-panggung lain," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement