Sabtu 27 Jul 2019 22:50 WIB

Sumur Warga Bakung di Lampung Mulai Mengering

Warga terpaksa meminta air kepada tetangga yang memiliki sumur bor.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Friska Yolanda
Warga mengambil air (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Warga mengambil air (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Musim kemarau yang melanda wilayah Kota Bandar Lampung menyebabkan, sumur-sumur warga di Kelurahan Bakung, Kecamatan Tanjungkarang Barat, mulai kering. Wilayah pemukiman yang bebatuan membuat kesulitan mencari air bersih, karena sumur yang ada bersifat tanda hujan.

Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung kembali mengirimkan air bersih kepada warga di wilayah RT 8 Lingkungan 1 Kelurahan Bakung, Tanjungkarang Barat, Jumat (26/7). Distribusi air bersih untuk warga yang kekeringan di Kota Bandar Lampung telah dilakukan beberapa kali.

Baca Juga

Kepala Program ACT Lampung Arief Rakhman mengatakan, kekeringan yang terjadi di RT 8 Lingkungan 1 Kelurahan Bakung terjadi, karena kondisi wilayah di dataran tinggi dengan tanah berbatu sehingga tidak memungkinkan dibangun sumur bor dangkal.

Untuk mengatasi itu warga berinisiatif membangun sumur tadah hujan. Namun saat ini sumur tersebut sudah mulai mengering.

Menurut dia, pasokan air bersih yang dilakukan ACT bertujuan untuk memberi akses air bersih kepada warga setempat yang sangat membutuhkan air di saat musim kemarau. Harapanya dengan adanya akses air bersih, warga tak lagi mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli air.

Selain itu dirinya berharap program tersebut diikuti oleh pihak lain, sehingga masyarakat yang membutuhkan air bersih tertolong. "Warga sangat membutuhkan air bersih untuk makan, minum dan MCK. Kami sangat senang kalau masyarakat Lampung tergerak membantu mereka," ujarnya dalam keterangan persnya, Sabtu (27/7).

Lurah Bakung Hamidi Bahrien mengungkapkan, kondisi air bersih bagi warga di lingkungan RT 8 Lingkungan 1 Kelurahan Bakung saat ini memang sangat minim. Dari tiga sumber air yang tersedia hanya sumur bor yang bisa diandalkan.

Menurut dia, untuk warga bagian atas mendapatkan air dari sumur tadah hujan. Pada kondisi saat ini, sudah sepuluh hari tidak turun hujan sehingga warga terpaksa turun ke bawah untuk mengambil air dari sumur bor atau meminta air pada warga yang berlangganan PAM.

"Jalur PAM sudah dibangun sama pemkot, tapi tidak kuat naik ke bagian atas, sehingga warga atas kalau musim kemarau mengambil air tempat tetangganya yang langganan PAM atau mengambil dari sumur bor di bawah," jelasnya.

Menurutnya dampak dari kekeringan tersebut membuat warga harus membeli air minum dan mengunjal air beberapa ratus meter dari pemukimannya. Ia berharap dibangun sumur bor dengan kedalaman lebih dari 100 meter sehingga ketersediaan air tercukupi.

Warga  menyambut baik kiriman air bersih dari ACT. Kehadiran air bersih disambut warga dengan membawa jeriken, ember, dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Sudah lebih sepuluh hari nggak hujan, warga bagian atas mulai turun ngambil air," jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement