REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya menurunkan prevalensi penyakit kanker yang terus meningkat. Kendati demikian, upaya ini harus dilakukan dalam jangka waktu panjang, minimal lima tahun.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono mengakui, tren kasus penyakit kanker di Indonesia terus meningkat. Karena itu, ia menyebut Kemenkes melakukan upaya untuk menurunkan prevalensi penyakit ini.
"Upaya menurunkan kasus kanker harus dilakukan dalam waktu jangka panjang dan konsisten, minimal lima sampai 10 tahun. Upaya itu termasuk perilaku hidup bersih jadi faktor dasar, common risk dikurangi seperti alkohol, rokok, dan kontak dengan polutan," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (26/7).
Sementara untuk kanker yang bisa dicegah, dia melanjutkan, bisa dilakukan dengan imunisasi seperti kanker leher rahim (serviks). Ia menyebut kanker serviks bisa dicegah dengan dilakukan imunisasi Human Papilloma Virus (HPV) untuk anak-remaja putri. Ia menambahkan, upaya ini akan terus dilakukan Kemenkes karena meningkatnya kasus penyakit kanker mengkhawatirkan Kemenkes dan Negara.
"Karena kanker akan jadi beban negara melalui pembiayaan kesehatan. Selain itu kanker akan menjadi beban keluarga karena produktivitas ekonomi dan kualitas hidup menurun," ujarnya.
Disinggung mengenai data penyakit kanker yang dimiliki Kemenkes, Anung menyebut datanya berdasarkan rumah sakit atau hospital based. Jadi, ia menambahkan, tidak ada data prevalensi riil namun yang ada proxy mendasarkan cancer regristry menggunakan data globocan. Kendati demikian, ia mengaku tidak hapal data prevalensi kanker menurut Globocan.
Sebelumnya Kepala Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Aru Sudoyo mengatakan penyakit kanker di Indonesia terus meningkat. "Tidak ada penurunan. Peningkatannya justru amat sangat," katanya dalam acara Konferensi Pers Rumusan Rakornas 2019 YKI di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (26/7).
Ia mengatakan peningkatan kasus tersebut terutama disebabkan oleh gaya hidup yang semakin tidak sehat. Kurang olahraga dan makan terlalu banyak seiring meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga turut mendorong peningkatan penyakit kanker di Indonesia. Selain itu, faktor lain yang meningkatkan jumlah kanker di Indonesia adalah kondisi lingkungan yang terus menghasilkan bahan karsinogen.
Konferensi Pers Rumusan Rakornas 2019 YKI menyebutkan angka kejadian penyakit kanker di Indonesia sebanyak 136,2 per 100 ribu penduduk dengan kejadian kanker tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru sebesar 19,4 per 100 ribu penduduk dengan kematian 10,9 per 100 ribu penduduk.
Selanjutnya diikuti kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 7,6 per 100 ribu penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100 ribu penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100 ribu penduduk.
Angka tertinggi kedua dari jenis kanker yang banyak diderita perempuan adalah kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100 ribu penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100 ribu penduduk.