Jumat 26 Jul 2019 16:42 WIB

500 Hektare Lahan Pertanian di Banyumas Alami Kekeringan

Lahan pertanian yang kekeringan rata-rata sawah tadan hujan.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Friska Yolanda
Personel TNI dan Polri membantu mengalirkan air dari bak penampungan ke ember warga saat pembagian air bersih oleh Polres Banyumas, di Desa Kediri, Karanglewas, Banyumas, Jateng, Jumat (21/6/2019). Ratusan hektar sawah mulai kering akibat musim kemarau di Kabupaten Banyumas, dan BPBD Kabupaten Banyumas melakukan antisipasi dengan menyalurkan 65.000 liter air bersih kepada warga untuk mengantisipasi kekeringan yang terus meluas.
Foto: ANTARA FOTO/Idhad Zakaria
Personel TNI dan Polri membantu mengalirkan air dari bak penampungan ke ember warga saat pembagian air bersih oleh Polres Banyumas, di Desa Kediri, Karanglewas, Banyumas, Jateng, Jumat (21/6/2019). Ratusan hektar sawah mulai kering akibat musim kemarau di Kabupaten Banyumas, dan BPBD Kabupaten Banyumas melakukan antisipasi dengan menyalurkan 65.000 liter air bersih kepada warga untuk mengantisipasi kekeringan yang terus meluas.

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas, mengklaim tidak terlalu banyak areal pertanian padi di daerahnya yang mengalami kekeringan. Meski hujan sudah tidak turun sejak dua bulan terakhir dan debit air irigasi sudah menurun drastis, kebanyakan petani masih dapat menyiasati kondisi ini dengan melakukan penyedotan air dari sungai-sungai di sekitar sawah mereka.

"Memang ada areal pertanian padi yang terancam puso akibat kekeringan. Namun arealnya tidak terlalu luas," jelas Kepala Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas, Widarso, Jumat (26/7). 

Baca Juga

Menurutnya, areal pertanian padi yang mengalami kekeringan dan terancam puso, umumnya berada di lahan pertanian tadah hujan. "Dari data yang kami miliki, luas lahan yang terancam kekeringan ini  sekitar 500 hektare," jelasnya. 

Luas lahan pertanian padi di Banyumas seluruhnya mencapai sekitar 30 ribu hektare. Dengan demikian, Widarso menyebutkan, areal sawah yang mengalami kekeringan saat ini diperkirakan tidak akan terlalu berpengaruh signifikan terhadap produksi pangan di Banyumas.

 

Meski demikian dia menyatakan, terhadap para petani yang lahannya saat ini mengalami kekeringan, pemerintah kabupaten (pemkab) akan memberikan bantuan. Misalnya, dengan pemberian pupuk dan benih pada musim tanam mendatang. 

"Setiap musim tanam, kami memang selalu menyalurkan bantuan benih pada para petani. Namun pada musim tanam mendatang, kita akan usulkan agar bantuan disalurkan pada petani yang lahannya mengalami kekeringan," katanya.

Dari pemantauan di lapangan, sejauh ini seluruh areal persawahan di Banyumas memang belum terlalu terpengaruh kekeringan. Meski debit air irigasi menyusut drastis, petani menyiasati hal ini dengan cara menggilir teratur areal sawah untuk mendapat pasokan air.   

Seperti areal sawah di Desa Pegalongan Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, sistem pengaliran air irigasi dibagi menjadi tiga rentang waktu dan tiga lokasi. Misalnya, sawah di lahan yang paling ujung dari saluran irigasi mendapat jatah waktu pengaliran paling lama. Sedangkan yang berada paling dekat dengan saluran irigasi mendapat jatah pengaliran air irigasi paling pendek.

"Sawah saya, setiap hari mendapat jatah air irigasi mulai jam 22.00 hingga pukul 05.00. Soalnya, sawah saya berada di lokasi paling ujung saluran irigasi," kata Sono (57), seorang petani desa setempat.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement