REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Warga Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), Dimas Hartono (38 tahun) mengeluh bau asap kebakarah hutan dan lahan (karhutla) yang tercium sudah menyengat. Namun, pemerintah belum menyediakan masker wajah.
Dimas menjelaskan, kondisi Palangka Raya saat ini, terlihat asap karhutla sudah cukup tebal meski jarak pandang masih di atas 200 meter. "Tercium bau (asap karhutla) menyengat dan sudah mulai mengganggu pernapasan, khususnya ketika menjelang sore dan subuh," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (26/7).
Kendati demikian, ia menyebut belum ada pembagian masker dari pemerintah, bahkan posko kesehatan belum berdiri. Ia menduga pemerintah menganggap munculnya asap adalah hal yang biasa saja, meski sudah mengganggu pernapasan khususnya bagi anak-anak yang masih sekolah.
"Akhirnya kami rata-rata mengupayakan membeli masker sendiri," ujarnya.
Dimas menambahkan karhutla di wilayah yang dia tinggali selalu terjadi setiap tahun sejak 1997. Ia menerangkan kejadian karhutla yang cukup besar terjadi pada 2002 dan 2007. "Karhutla paling parah terjadi 2015 lalu," katanya.
Ia mengatakan memang sudah ada beberapa upaya pemadaman di Kalteng termasuk Palangka Raya. Hanya, ia menyebut karhutla tidak hanya sebatas memadamkan saja, melainkan proses penanggulangan sebelum dan sesudah terjadinya kebakaran juga harus didorong pemerintah.
Karena itu, ia meminta pemerintah lebih sigap dalam proses penanganan karhutla. "Karena ini bukan sebatas baru terjadi tetapi sudah menjadi fenomena tahunan sejak 1997," ujarnya.