REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Komunitas Hollaback Jakarta! telah melakukan survei pengalaman pelecehan seksual di transportasi umum. Survei ini berasal dari 62 ribu responden di berbagai daerah melalui kerjasama dengan Change.org.
"Kita di sini lebih spesifik ke pelecehan di ruang publik," kata Co-Director Hollaback! Jakarta, Anindya Restuviani kepada wartawan di 5 Lounge and Terrace, Kota Malang, Kamis (25/7).
Dari pengakuan responden, 36 persen di antaranya pernah mengalami pelecehan seksual di bus. Lalu 30 persen di angkot dan 18 persen di KRL. Kemudian 18 persen di ojek dan taksi online serta 6 persen terjadi di ojek & taksi konvensional.
Perempuan yang disapa Vivi ini mengungkapkan, terdapat banyak faktor yang menyebabkan pelecehan seksual. Salah satunya kurangnya edukasi masyarakat tentang hal tersebut. Rasa menghormati terhadap manusia terutama perempuan juga sangat kurang.
Selain itu, banyak masyarakat menganggap derajat perempuan selalu di bawah laki-laki. Kondisi ini menyebabkan banyak pihak menganggap biasa atas kejadian pelecehan seksual. "Budaya pelecehan memang sulit diselesaikan. Kita edukasi untuk membenarkan dulu pelecehan itu apa yang paling penting," tambah dia.
Hal yang pasti, masyarakat terutama korban pelecehan seksual masih membutuhkan perlindungan hukum. Apalagi saat ini aspek tersebut jarang diterima korban seksual di ruang publik. Oleh sebab itu, hingga saat ini pihaknya masih terus berupaya mendorong penerapan sebaik mungkin pada aturan kekerasan seksual.
Sementara itu, Head of Regional Corporate Affairs East Java Gojek, Alfianto Domy Aji mengatakan, pelecehan seksual sebenarnya tidak hanya dialami pelanggan tapi mitranya pun demikian. Hal ini terbukti bagaimana pihaknya menerima pengaduan pelecehan seksual sekitar 0,001 persen. Meski kecil, Domy sangat mengapresiasinya karena keberanian para pengadu untuk melaporkan kejadian.
"Nah, kalau di Gojek ada mitra yang tidak nyaman pasti akan lapor. Laporan bisa melalui telepon dan sebagainya Tentunya ada verifikasi terlebih dahulu untuk melihat informasinya valid atau enggak," jelasnya.
Namun hal yang terpenting saat ini, kata dia, tentang bagaimana meminimalisasikan pelecehan seksual. Pihaknya berupaya agar kejadian tersebut tidak sampai terjadi kembali. Salah satu caranya dengan mengadakan pelatihan dan edukasi kepada para mitranya.
"Tujuannya, agar memahami dan menyadari gejala itu akan terjadi sehingga dapat dicegah," tambah dia.