Kamis 25 Jul 2019 15:02 WIB

PKS tak Khawatir Ditinggal Sendiri

PKS masih menunggu keputusan resmi Majelis Syuro soal sikap politik ke depan.

Rep: Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Pertemuan Megawati dengan Prabowo, Rabu (24/7).
Foto: Republika TV/Muhammad Rizki Triyana
Pertemuan Megawati dengan Prabowo, Rabu (24/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang pelantikan presiden terpilih sejumlah partai politik (Parpol) pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mulai membuka pintu komunikasi dengan kubu Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin.

Selain Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Gerindra berpeluang merapat pemerintah. Jika benar demikian, praktis hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tetap berada di luar pemerintahan sebagai oposisi.

Baca Juga

Politikus PKS, Handi Riza menyatakan, PKS tidak khawatir jika harus ditinggal sendirian. Hanya saja, ia tidak ingin berandai-andai. Karena masih harus menunggu keputusan majelis syuro.

"Pengen-nya ada teman (tidak sendirian) tapi lihat nanti, mudah-mudahan ada rakyat yang menemani," ujar Riza saat dihubungi melalui pesan singkat, Kamis (25/7).

Riza menambahkan, jika memang situasi mengharuskan PKS menjadi oposisi, maka hal itu tidak ada masalah. Mengingat, kata Riza, PKS sudah memiliki pengalaman d luar pemerintahan sebagai oposisi.

Begitu juga sebaliknya, PKS juga pernah berada dalam pemerintahan. Hanya, memang, Riza mengakui, PKS cenderung memilih tetap berada di luar pemerintahan.

"Sekali lagi, kita harus tetap menunggu keputusan dari Majelis Syuro. Tapi kecenderungannya tetap di luar sebagai penyeimbang atau kontrol," ucapnya.

Sebelumnya Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus mantan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mulai menjajaki komunikasi dengan PDI Perjuangan. Prabowo melakukan pertemuan dengan ketua umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu (24/7).

Dalam kesempatan itu, Prabowo mengaku selalu mendapatkan kehormatan dan perlakuan baik dari Megawati. Meski, kata Prabowo, kadang-kadang berbeda pandangan sikap politik yang tidak prinsip, tapi pada hakikatnya sama-sama memiliki jiwa patriot dan komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement