Kamis 25 Jul 2019 07:32 WIB

Keinginan Boy Thohir Membawa Gojek Rajai ASEAN

Gojek pada awal pekan baru saja mengganti logo perusahaan.

Garibaldi Thohir (Boy Thohir) bergabung dalam jajaran kepemimpinan di Grup Gojek.
Foto: Republika/Prayogi
Founder dan CEO Gojek Grup Nadiem Makarim (kanan), Co-Founder Gojek Kevin Aluwi (tengah), dan Presiden Gojek Grup Andre Soelistyo (kiri) saat peresmian logo baru Gojek di Jakarta, Senin (22/7).

Logo baru

Gojek pada awal pekan baru saja mengganti logo perusahaan dari semula simbol motor ojek menjadi bulatan yang dapat diartikan dalam berbagai hal. "Gojek sekarang sudah menjadi simbol yang lebih besar dari ojek. Gojek bukan lagi hanya ride hailing atau pembayaran, tapi gabungan dari semua," kata CEO Grup Gojek Nadiem Makarim, awal pekan.

Logo Gojek saat ini berupa lingkaran besar yang tidak tertutup di luar dan bulatan kecil di dalamnya, terinspirasi dari roda ojek motor, layanan awal Gojek. Logo baru itu diartikan berbagai macam, mulai dari ojek, simbol lokasi di aplikasi peta, sampai interpretasi pengendara motor yang memakai helm jika dilihat dari atas.

Alasan penggantian logo Gojek sudah dipikirkan sejak setahun belakangan. Nadiem menilai, Gojek saat ini sudah berkembang sangat jauh dari semula saat mereka diluncurkan sehingga ada banyak pelaku industri yang perlu mereka wakili dalam sebuah logo.

Namun, di dunia maya, logo baru gojek ini mulai menimbulkan perdebatan. Sebab, dari sisi bentuk memiliki kemiripan dengan logo perusahaan distro busana asal Bandung, Ouval Research. Perbedaannya ada di warna logo Gojek hijau, sementara Ouval berwarna abu-abu dan merah. Selain itu, logo lingkaran luar Gojek menghadap ke bawah, sementara Ouval menghadap ke atas.

Logo Gojek baru ini dinamai "Solve", berasal dari bermacam layanan yang ada di platform tersebut untuk membantu keseharian penggunanya. Meski berganti logo, tidak ada perubahan dalam model bisnis. Namun, Gojek ingin berganti citra dari layanan ride hailing dan pembayaran menjadi aplikasi super yang berbasis tiga hal.

"Gojek saat ini adalah ekosistem dari tiga aplikasi super yang menggerakkan manusia, barang, dan uang," kata salah seorang pendiri Gojek, Kevin Aluwi.

Layanan yang diberikan Gojek saat ini mencakup ketiga hal tersebut, tak lagi sekadar aplikasi pemesanan transportasi, tetapi berkembang menjadi layanan antarbarang, termasuk makanan serta sistem pembayaran dengan Gopay. "Pendekatan kami adalah transaksi apa yang dibutuhkan konsumen," ujar Kevin.

Gojek pun terus melakukan ekspansi bisnis di Asia Tenggara. Setelah menghadirkan layanan transportasi daring roda empat di Singapura, Gojek berencana memperkuat bisnisnya di sana dengan menawarkan layanan pesan-antar makanan.

Awal tahun ini, Gojek sudah meluncurkan layanan Gocar di Singapura. Saat ini, Gojek juga sedang mempertimbangkan untuk menghadirkan layanan Gofood di sana. "Kami sedang mengkaji Gofood. Di Singapura tidak ada roda dua. Jadi, kami masih mencari cara yang pas," ujar Presiden Gojek Group, Andre Soelistyo, di Jakarta, Senin (22/7).

Menurut Andre, masyarakat Singapura sangat antusias dengan kehadiran Gojek. Dia menyebut layanan Gocar berhasil menarik sebanyak satu juta pelanggan hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan. Andre yakin layanan Gofood juga akan diminati oleh masyarakat Singapura.

Selain di Singapura, Gojek juga menghadirkan layanan ojek daring di Vietnam dengan nama Go-Viet. Saat ini, lanjut Andre, pangsa pasar Go-Viet sudah mencapai 40 persen. Angka ini diklaim sudah mendekati pemain terbesar di negera tersebut.

Andre mencatat tren positif dari perkembangan bisnisnya juga terjadi di Thailand dan Filipina. "Di Thailand kami baru launch dan trennya cukup mirip dengan di Vietnam. Kami juga mengembangkan layanan dompet digital atau Gopay di Filipina," kata Andre.

Dari Juni 2016 hingga Juni 2019, jumlah transaksi yang diproses dalam platform Gojek naik mencapai 1.100 persen atau 12 kali lipat. Saat ini, Gojek telah bermitra dengan dua juta pengemudi, 400 ribu toko, dan 60 ribu penyedia jasa di Asia Tenggara. rahayu subekti/retno wulandhari/antara, ed: satria kartika yudha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement