Kamis 25 Jul 2019 11:01 WIB

Amil, Ilmu dan Amal

Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban, dan itu juga berlaku untuk amil zakat.

Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
Foto:

Amil yang Ilmuwan

Ilmu Allah sesungguhnya demikian luas. Ia laksana samudera tak bertepi. Bila pun ilmu Allah di ibaratkan lapisan langit, ternyata lapisan langit ini demikian banyak jumlahnya.

Seseorang dengan ketinggian langit ilmunya, ternyata belum tentu merupakan lalisan langit yang paling atas. Ada orang-orang lainnya yang di lapis atas, atasnya lagi dan lagi. Masih ada langit di atas lapis langit. Di atas itu semua ada Dzat yang Maha Mengetahui. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

“… dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui".(Qs. Yusuf: 76).

Para amil dan penuntut ilmu idealnya memiliki kesadaran akan manfaat atas ilmu yang dipelajarinya. Manfaat inilah yang mendorong amil tak tinggal diam dalam lingkaran ilmu yang dikuasainya. Ia harus bergerak dan terus bergerak memaksimalkan kemanfaatan ilmunya bagi banyak orang.

Ilmu yang terus dibagi tak akan pernah habis. Ibarat mata air, justru bila terus menerus digunakan akan memperlancar alirannya dan membuang sisa-sisa genangan yang mungkin justru bisa membusuk.

 

Untuk itulah bagi orang berilmu, Allah akan angkat derajatnya baik itu di dunia maupun di akhirat. Dan umumnya orang berilmu, amil yang berilmu juga umumnya akan memiliki ketinggian, akhlaq dalam keseharian hidupnya.

Seorang amil yang ilmuwan, akan semakin bagus akhlaq yang dimilikinya serta memiliki kecerdasan dan kekuatan ketika menghadapi dinamika kehidupannya sebagai seorang amil. “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11).

Terkait penghargaan akan amil yang ilmuwan, seharusnya organisasi pengelola zakat memiliki komitmen untuk menambah ia betah (kerasan) dan terus mengembangkan dan memperluas ilmunya. OPZ harus menciptakan lingkungan kerja amil yang seperti ini menjadi rumah indah dan lapang bagi tersebarnya ilmu dan kebaikan bagi organisasinya. Pada amil-amil yang ilmuwan juga, berikan kesempatan mereka untuk menyiapkan ilmu-ilmu yang dimilikinya agar bisa terus diperdalam, dikembangkan dan disebarluaskan.

Lalu menunjang kemajuan amil yang ilmuwan ini melakasanakan tugas-tugas peradaban ini, ada beberapa hal yang harus disiapkan organisasi yaitu: peningkatan penguasaan bahasa (terutama arab), pendidikan dan pelatihan secara intensif, dukungan nyata untuk peningkatan penelitian, serta, perintisan dan pengembangan jejaring internasional. Pertama, peningkatan penguasaan bahasa (terutama arab). Sebagai bahasa Ibu bagi umat islam di seluruh dunia, bahasa Arab wajib dikuasi oleh seorang muslim yang ingin menyelami keilmuan Islam dengan baik.

Tanpa kemampuan bahasa ibu ini, kita bisa jadi hanya akan menemui kulit-kulit kelimuan Islam saja, dan butuh waktu yang panjang untuk sampai pemahaman utuh ilmu-ilmu keislaman dan khasanah peradaban Islam yang pernah jaya dan diakui dunia. Islam sejak awal-awal masa pertumbuhannya, punya dukungan luar biasa untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban.

Dengan kemampuan bahasa yang semakin baik dan beragam, bukan tidak mungkin nantinya para amil yang ilmuwan bisa mengembalikan kemudahan komunikasi pada dunia, serta mengajak pada kesamaan agenda-agenda dalam mengelola dan mendayagunakan zakat pada seluruh warga dunia. Kalau hari ini kita melihat dan merasakan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata seolah lebih pesat berkembang di dunia barat, berarti ada PR besar bagi dunia Islam agar ilmu-ilmu dan pengetahuan peradaban ini bisa diraih pula oleh Umat Islam.

Amil juga perlu terus didorong untuk belajar lebih tinggi dan lebih luas, baik secara formal melalui pendidikan di perguruan tinggi, mulai jenjang S1, S2 dan hingga S3. Juga didorong menempuh pendidikan non formal bersertifikat.

Nantinya, bukan tidak mungkin, pencapaian-demi pencapaian ilmu pengetahuan dan peradaban ini akan menguatkan Umat Islam sebagai umat yang pantas mewarisi bumi beserta isinya dengan adil dan harmoni. Melalui pengembangan ilmu yang jelas sumber dan nalarnya ini, spirit zakat akan lebih tersebar luas, bukan hanya di kalangan muzaki, mustahik dan masyarakat luas, namun juga ditengah para akademisi dan intelektual.

Kedua, pendidikan dan pelatihan secara intensif. Pendidikan dan pelatihan secara intensif ini penting didorong oleh OPZ agar iklim akademik bisa tercipta di lingkungan kerja para amil. Lingkungan keilmuan dan akademik yang baik akan mendorong tradisi ilmiah, rasionalitas dan nalar tinggi dalam memecahkan berbagai masalah yang ada. Walaupun lingkungan kerja amil ini bukan kampus atau tempat diklat, setidaknya nuansa kelimiahan tetap harus ada dan menjadi spirit untuk agar amil bersemangat untuk terus belajar dan belajar.

Para amil yang terus belajar dan akhirnya menjadi ilmuwan-ilmuwan baru dari dunia zakat, harus diberikan penghormatan lebih dan penghargaan agar mereka merasa nyaman dan mendapatkan hal yang sepadan dengan jerih payahnya belajar selama ini. Para amil yang Ilmuwan harus pula mendapatkan perhatian yang besar dari OPZ. Termasuk perhatian ini adalah dalam soal kebutuhan kehidupannya.

OPZ harusnya memenuhi dengan layak amil yang ilmuwan, mulai kebutuhan finansial bulanan hingga soal uang pensiunnya kelak ketika sampai masanya. Kebijakan ini harus diambil supaya mereka bisa mencurahkan waktu sepenuhnya untuk kegiatan mengajar, membimbing, menulis, dan meneliti.

Spirit pendidikan pun tak boleh hanya berhenti pada soal penguatan dan peningkatan kapasitas personal secara temporer saja, perlu juga ditumbuhkan semacam akademi-akademi, observatorium atau pusat kajian dan penelitian yang didukung dengan perpustakaan yang memadai dan lengkap sehingga bisa lebih optimal dalam pengembangannya. Perpustakaan ini penting posisinya bagi sumbangan kemampuan ilmu dan peradaban amil bagi dunia.

Ketiga, dukungan nyata untuk peningkatan penelitian. Para amil yang ilmuwan juga didorong untuk terus menggali, meneliti dan menemukan inovasi-inovasi pengelolaan zakat bagi kehidupan. Amil yang ilmuwan perlu didorong untuk melakukan penelitian di berbagai bidang.

Salah satu contohnya adalah riset tentang efektivitas pemberdayaan bagi kalangan petani dan nelayan. Nantinya, sangat dimungkinkan penelitian yang dilakukan bisa menemukan dan menghasilkan konsep-konsep kemudahan, kecepatan dan ksederhanaan proses pemberdayaan bagi mustahik di sektor yang sama, tetapi di tempat berbeda atau bagi mustahik lainnya dengan pendekatan berbeda. Daya dukung OPZ untuk melakukan penelitian ini akan membuat dunia perzakatan semakin baik dan kondusif bagi masa depannya ditengah perubahan yang terjadi.

Keempat, perintisan dan pengembangan jejaring internasional. Kita semua tahu, bahwa jejaring internasional ini menjadi ukuran penting sebuah OPZ. Ia juga saat yang sama menguji sejauhmana tingkat komunikasi yang dilakukan sebuah OPZ. Jaringan internasional, akan sangat efektif meningkatkan kemampuan internal lembaga dan meyulapnya menjadi sarana belajar ditengah situasi yang terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement