REPUBLIKA.CO.ID,SOREANG- Pemerintah Kabupaten Bandung mengungkapkan sebanyak 81 desa yang tersebar di 21 kecamatan terkena dampak musim kemarau yaitu kekeringan. Melihat kondisi tersebut, aparat pemerintah melakukan rapat koordinasi dan akan mengeluarkan status siaga bencana kekeringan.
Asisten Pemerintahan Sekretariat Daerah, Ruli Hadiana mengungkapkan pihaknya berupaya melakukan antisipasi bencana kekeringan terhadap masyarakat dan pertanian. Sebab saat ini, warga yang terkena dampak memcapai 46.580 kepala keluarga.
"143.808 jiwa terkena dampak kekeringan dan di sektor pertanian kekeringan berdampak pada 1.989 hektar lahan sawah," ujarnya, Selasa (23/7). Menurutnya, status siaga kekeringan akan dinyatakan pada Agustus hingga 31 Oktober 2019.
Ia mengungkapkan, pihaknya terus mendorong agar seluruh perangkat daerah mengoptimalkan penanganan bencana kekeringan. Dengan menyalurkan air bersih. Selain itu, ketersediaan air yang masih memadai di wilayah Selatan dan Timur diharapkan bisa meminimalisasi dampak.
Menurutnya, masyarakat sudah mengajukan permohonan air bersih ke 323 lokasi, pipanisasi di dua lokasi dan pembuatan tiga unit sumur dangkal dan pompanisasi lahan pertanian di 17 lokasi yang ada.
Kepala pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Achmad Djohara mengatakan sejak 22 Juli kemarin pihaknya sudah menyalurkan 40 ribu liter air bersih ke Kecamatan Banjaran dan Kutawaringin. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang lebih meluas.
“Meski status siaga darurat kekeringan belum ditetapkan, kami sudah mulai mendistribusikan air bersih untuk warga, secepatnya," katanya.