Senin 22 Jul 2019 20:39 WIB

BNPB : Hujan Buatan Dilakukan Sampai September

BNPB dan BPPT menyiapkan hujan buatan untuk mengatasi meluasnya kekeringan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bayu Hermawan
Plh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo memberikan pemaparan mengenai dampak dan penanganan darurat gempa bumi Halmahera saat konferensi pers, di Graha BNPB, Jakarta, Senin (15/7/2019).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Plh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo memberikan pemaparan mengenai dampak dan penanganan darurat gempa bumi Halmahera saat konferensi pers, di Graha BNPB, Jakarta, Senin (15/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyiapkan hujan buatan guna mengatasi meluasnya kekeringan. Sampai dengan Senin, (22/7), terdapat tujuh provinsi dan 55 kabupaten/kota yang menyatakan status siaga darurat bencana kekeringan.

Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo mengatakan rencana hujan buatan juga akan dibantu oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Persiapan hujan buatan sekaligus merupakan amanat Presiden Joko Widodo.

Baca Juga

"Kami sudah memutuskan nanti ada dua posko, satu di Halim, satu di Kupang. Disini operasinya kita menyiagakan pesawat-pesawatnya. Nanti BMKG bertugas untuk menganalisis cuaca apakah ada potensi awan yang siap untuk disemai," katanya pada wartawan, Senin (22/7).

Agus mencontohkan bila ada potensi awan untuk disemai menjadi hujan buatan di Jawa Barat maka pesawat dari Halim akan diterbangkan. Begitu pun bila ada potensi serupa di Indonesia bagian timur maka pesawat bergerak dari Kupang. "Misalnya di Jawa Barat ada potensi awan langsung terbang dioperasikan oleh BPPT. Nanti pesawatnya disediakan oleh TNI, harapannya target-target utama yaitu di lokasi-lokasi pertanian," ujarnya.

Agus menjelaskan pengoperasian hujan buatan akan dilakukan dari prediksi cuaca kemarau. Berdasarkan prediksi BMKG, Agustus sampai September menjadi puncak musim kemarau. "BMKG kan memprediksi puncaknya Agustus sampai September. Nah kita untuk tahap pertama akan melakukan operasi hujan buatan sampai September. Jadi, Juli-Agustus-September," ujarnya.

Selanjutnya, ia berharap pada Oktober sudah kembali turun hujan secara bertahap. "Jadi tidak perlu lagi ada hujan buatan kalau sudah mulai hujan," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement