REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung mengungkapkan musim kemarau menyebabkan 120 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan. Sebanyak 89 hektare mengalami kekeringan ringan, 27 hektare kekeringan sedang, dan empat hektare kekeringan berat.
"Kekeringan berat empat hektare ada di Ciparay dan Baleendah. Seluas 70 hektare bisa tertangani dengan melakukan pompanisasi," ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Tisna Umaran kepada wartawan di Soreang, Senin (22/7).
Di samping itu, ia mengungkapkan sebanyak 990 hektare lahan pertanian berusia satu hari yang tersebar di 31 kecamatan terancam mengalami kekeringan. Namun begitu masih ada petani yang tetap menanam padi meski musim kemarau.
"Di Rancaekek sekarang baru menanam karena melihat air dari pompanisasi tersedia. Tapi kalau Agustus sumber air kering dan air hujan belum ada, bisa terkena kekeringan. Petani bilang keberuntungan," katanya.
Menurutnya, total lahan pertanian di Kabupaten Bandung yang ada mencapai 7937 hektare. Sedangkan lahan perkebunan yang mengalami kekeringan relatif sedikit. Sebab di lahan tersebut pemilik pasti tidak akan berspekulasi ketika tidak punya ceboran air.
Terkait dengan harga komoditas cabai yang tinggi, dirinya mengatakan harga menjadi mahal disebabkan musim kemarau dan luas area pertanian yang berkurang. Selain itu, mayoritas pertanian tidak optimal mendapatkan air sehingga kualitas berkurang. "Sayuran hampir semua naik harga karena kemarau dan luas area berkurang," katanya.