Senin 22 Jul 2019 15:12 WIB

4 Wilayah Terpencil di NTT Segera Dialiri Listrik

Empat kecamatan itu berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Andi Nur Aminah
Pemasangan instalasi listrik PLN (ilustrasi)
Foto: Antara/Adeng Bustomi
Pemasangan instalasi listrik PLN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) mulai menyiapkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Komunal di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). PLTs Komunal tersebut ditargetkan dapat melistriki empat desa terpencil selama 24 jam.

Adapun desa yang bakal mendapat pasokan listrik yakni Desa Seraya Maranu, Desa Papagarang, Desa Pasir Putih, serta Desa Batu Tiga. Keempat desa itu tersebar di empat pulau.

Baca Juga

General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT, Ignatius Rendryoko, mengatakan, saat ini pembangkit berkapasitas 190 kWp sudah bisa dialirkan untuk 162 kepala keluarga di Desa Seraya Maranu. Sementara, tiga pembangkit lainnya untuk tiga desa masih dalam proses pembangunan. 

Suplai listrik di pulau-pulau tersebut menggunakan PLTS yang akan beroperasi 24 jam. Dalam proses pembangunanya, semua material diangkut dengan kapal melalui laut dari Jakarta menuju Labuan Bajo dan dilanjut ke Pulau Seraya.

"Kehadiran PLTS komunal ini untuk mempercepat melayani listrik di desa yang belum berlistrik atau di kepulauan terisolir. Nantinya, meteran yang dipakai masyarakat adalah kWh limiter yang bisa digunakan semua energi sehingga merata dipakai oleh masyarakat," kata Ignatius dalam keterangannya, Senin (22/7).

Ia mengatakan, pembangunan PLTS Komunal menjadi bagian dari percepatan program peningkatan rasio elektrifikasi, serta peningkatan pembangunan pembangkit lisrik energi baru terbarukan. Kepala Desa Seraya Maranu, Sutirman, mengatakan, pascamasuknya energi listrik, diharapkan kedepan kebutuhan penerangan dan produk masyarakat Desa bisa bersaing secara nasional.

"Saya yakin, ke depannya akan banyak UKM-UKM yang akan bermunculan dampak postif dari masuknya listrik ke desa kami karena teknologi dalam bentuk apapun membutuhkan listrik," ujar dia.

Ia melanjutkan, meski dipulau terpencil, masyarakat dan generasi penerus bisa siap bersaing sehingga bisa berupaya untuk lepas dari jeratan kemiskinan sekaligus mengikuti perkembangan teknologi.

Diketahui, selama ini masyarakat harus membeli bahan bakar minyak sebanyak 50 liter per bulan dengan harga total sekitar Rp 322.500. Minyak digunakan menghidupkan genset selama satu bulan untuk pukul 18.00 hingga 22.00 WITA. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement