REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang Jawa Timur 1 Suwarno menjabarkan beberapa faktor yang mengakibatkan hewan kurban menjadi stres dan menurunnya kualitas daging yang dihasilkan. Beberapa faktor yang dimaksud adalah stres akibat transportasi, fisik, temperatur kelembaban, penyakit, dan pakan.
Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) tersebut menjelaskan, transportasi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan stres pada hewan. Sebab, masih terdapat penjual yang mengirimkan hewan tanpa memperhatikan kenyamanan hewan selama perjalanan.
Selain itu, lanjut Suwarno, jenis makanan yang tidak semestinya diberikan turut menjadi salah satu penyebab hewan menjadi stres. “Kurangnya pengetahuan mengenai cara pengiriman hewan yang baik dan pemberian pakan yang tidak sesuai, itu bisa menjadi penyebab utama stres pada hewan,” kata dia di Surabaya, Senin (22/7).
Soal temperatur dan kelembaban ideal untuk menghindari stres pada hewan, Suwarno menyebut, suhu terlalu panas akan menyebabkan hewan menjadi hiperthermia. Sementara, suhu yang terlampau rendah dapat menyebabkan hipothermia pada hewan. Keduanya, lanjut Suwarno, juga bisa membuat hewan menjadi stres.
“Suhu yang disarankan pada saat persiapan sebelum penyembelihan antara 22 hingga 29 derajat Celcius,” ujar Suwarno.
Suwarno menambahkan, tingkat stres pada hewan sebelum penyembelihan dapat dilihat dari warna daging setelah melui proses pemotongan. Semakin hitam warna daging, menandakan hewan kurban dalam keadaan stres pada saat sebelum penyembelihan.
Selain tingkat stres, nilai pH juga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjaga kualitas daging agar tetap baik. Salah satu imbauan dari Suwarno adalah dengan tidak membiarkan daging terpapar udara terlalu lama.
“Salah satu cara menjaga pH daging tetap baik pada pH 7,0 hingga 7,2 dengan meletakkan daging di tempat tertutup dengan sirkasi udara secukupnya,” kata Suwarno.