REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pedagang kambing di Jalan Sabeni Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengungkapkan kisah warga miskin yang membeli hewan kurban untuk Idul Adha. Uci, salah seorang pedagang kambing, menuturkan ada beberapa pemulung yang rutin membeli hewan kurban.
"Beberapa pemulung sering datang ke sini membeli kambing. Biasanya setiap tahun ada," kata wanita yang telah berjualan 30 tahun di Tanah Abang, akhir pekan lalu.
Pada 2018, Uci pernah melayani seorang pemulung yang membeli kambing seharga Rp 1,7 juta yang dibayar lunas dengan uang receh. Pemulung itu berkeliling membawa gerobak sampah. "Bapak pemulung itu bawa gerobak sampah, beli kambing Rp 1,7 juta untuk Idul Adha," ungkapnya.
Lima tahun lalu, lanjut Uci, seorang nenek pemulung botol plastik juga pernah datang ke tempatnya membeli kambing kurban seharga Rp 800 ribu. Nenek pemulung itu tinggal di pinggiran rel kereta api di kawasan Bongkaran, Tanah Abang.
"Dia bayar lunas pakai uang receh Rp 100-an. Jumlahnya banyak banget, saya sampai capek menghitung uangnya," kata Uci.
Hal senada juga dikisahkan Junaedi, pedagang kambing lainnya di Pasar Tanah Abang. Pada 2016, dia pernah melayani pemulung yang membeli kambing ukuran sedang seharga Rp 1,6 juta. Pemulung itu membayar lunas.
"Kami (pedagang) tidak membedakan pembeli kaya dan miskin. Orang-orang yang membeli hewan kurban adalah untuk beribadah dan beramal," ungkapnya.
Junaedi menyatakan, orang kaya dapat membeli hewan kurban lebih mudah karena mereka memiliki uang cukup. Namun, orang-orang miskin yang bekerja sebagai pemulung harus kerja keras mengumpulkan uang receh hingga bertahun-tahun.