REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui satuan-satuan tugas di daerah terus berupaya memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai terjadi belakangan. Kendati demikian, menurut catatan pihak-pihak terkait, titik api dan luas lahan yang terbakar masih terus bertambah.
Luas area hutan dan lahan yang terbakar di Provinsi Riau sejak awal Januari 2019 hingga pekan kedua Juli 2019 mencapai 3.650,09 hektare. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau Edwar Sanger mengungkapkan, wilayah terparah yang terdampak bencana karhutla adalah Kabupaten Bengkalis dengan luas hutan dan lahan terbakar mencapai 1.450,08 hektare.
Kabupaten lain yang terdampak cukup parah yakni Rokan Hilir dengan luas area kebakaran 746,25 hektare dan Siak dengan luas 438,85 hektare. Hingga Ahad (21/7), BPBD Riau serta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melihat masih ada 17 titik panas yang tersebar di Bengkalis, Pelalawan, Indragiri Hilir, Rokan Hilir, Kuansing, dan Meranti.
Sementara itu, ujar Edwar, indeks standar pencemaran udara (ISPU) di seluruh kabupaten di Riau tercatat di level sedang (skor 51-101). Hingga Ahad (21/7) siang, ISPU tertinggi tercatat di Petapahan, Kampar, dengan skor 96, sementara angka terendah tercatat di Duri Field, Bengkalis, dengan skor 57.
"BPBD di daerah bekerja sama dengan TNI, Polri, dan relawan untuk melakukan pencegahan serta penanganan kebakaran. BPBD juga melibatkan masyarakat untuk aktif melakukan pencegahan," ujar Edwar, Ahad (21/7).
Upaya pemadaman api, ungkap Edwar, dilakukan dari udara dan darat. Dari udara, BPBD Riau bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), TNI, serta Polri mengirimkan heli dan pesawat untuk melakukan water bombing. Di darat, TNI Angkatan Darat membantu proses pemadaman dan pendinginan di hutan dan lahan yang terbakar.
Dari sisi penegakan hukum, aparat kepolisian mencatat ada 16 kasus tindak pidana kebakaran hutan dan lahan di Riau. Perinciannya, Kabupaten Indragiri Hulu menyumbang satu kasus, Indragiri Hilir satu kasus, Rokan Hilir tiga kasus, Pekanbaru satu kasus, Meranti dua kasus, Dumai lima kasus, dan Bengkalis tiga kasus.
Menurut catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah titik api hingga sepekan belakangan meningkat tajam, terutama di daerah-daerah rawan karhutla. Peningkatan tajam utamanya tercatat di wilayah Kalimantan Barat (Kalbar) dan Kalimantan Tengah (Kalteng).
Jika dua pekan lalu titik api di Kalbar yang terpindai satelit Terra/Aqua sebanyak tiga titik, pada sepekan belakangan melonjak hingga 45 titik. Sementara, di Kalteng, dari lima titik melonjak mencapai 23 titik. Secara nasional, titik api meningkat lebih dari 100 persen, dari 51 titik dua pekan lalu hingga mencapai 119 titik sepekan belakangan.
Sedikitnya 15 hektare lahan gambut di pinggiran Kota Pekanbaru juga hangus terbakar dan hingga kemarin masih terus berusaha dikendalikan Satuan Tugas Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas Karhutla) Provinsi Riau. Kepala Manggala Agni Daerah Operasi Pekanbaru Edwin Putra mengatakan, Ahad (21/7) kemarin merupakan hari ketiga upaya pemadaman titik api yang berlokasi Jalan Walet, Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung Sekaki, tersebut.
"Kebakaran terjadi sejak Jumat kemarin (19/7). Hingga kini, tim kita bersama aparat TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Manggala Agni masih melakukan pemadaman," katanya.
Ia mengatakan, upaya pemadaman cukup memakan waktu karena jenis lahan yang terbakar merupakan semak belukar dengan jenis tanah gambut. Sementara, sejak dua pekan terakhir, Kota Pekanbaru terus dilanda musim kering dengan panas menyengat serta minim hujan.
Terkait peningkatan titik api, Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah mengatakan, karhutla di wilayahnya masih tertangani. "Di semua kabupaten/kota dilaporkan pernah ada kejadian karhutla, tetapi semuanya bisa kita tangani penyebaran luasan kebakarannya," ujar Pelaksana Tugas Kepala BPBPK Kalteng Mofit Saptono Subagio, Ahad (21/7).
Ia menyebutkan, jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan yang dilaporkan kepadanya hingga Ahad (21/7) tercatat sebanyak 10 peristiwa dengan luasan lahan yang terbakar 12,76 hektare. Demi menekan luasan lahan yang terbakar, ujar Mofit, BPBPK dan BPBD di masing-masing kabupaten/kota telah mengaktifkan posko siaga bencana karhutla dan melakukan penanganan, pencegahan, kesiapsiagaan, dan pemadaman bekerja sama secara terpadu bersama TNI, Polri, dan Satuan Relawan Kebakaran (Satlakar).
"Kami juga mengikutsertakan masyarakat di desa/kelurahan setempat. Jangan membakar lahan dan bila melihat munculnya titik api, laporkan kepada petugas," kata Mofit.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), angka partikulat (PM10) di Kota Palangkaraya pada Ahad (21/7) sebesar 27,3 µgram/m3. Angka ini masih di level hijau, jauh di bawah nilai ambang batas (NAB) atau batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien, yakni 150 µgram/m3. n sapto andika candra/antara ed: fitriyan zamzami