Jumat 19 Jul 2019 10:02 WIB

Problem Mode vs Solution Mode?

Erick Thohir mengajak men-switch on dari posisi 'Problem Mode' ke 'Solution Mode'.

Ary Ginanjar
Foto: Ist
Ary Ginanjar

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Dr. HC. Ary Ginanjar Agustian*

Dalam sebuah pertandingan olah raga, selalu ada yang menang dan selalu ada yang kalah. Dan, proses pertandingan kadang diwarnai ketegangan dengan berbagai kericuhan dan tidak jarang korban berjatuhan.

Namun, apapun hasilnya ketika pertandingan sudah usai, para atlet kembali berangkulan meskipun kekecewaan di sana-sini. Bisa jadi proses atas protes dan kekecewaan tersebut masih tetap berjalan, namun tentu melalui koridor dan sesuai aturan.

Fenomena yang sama juga sedang terjadi pada Bangsa ini. Pilpres 2019 sudah usai dan sudah diumumkan hasilnya, meskipun meninggalkan catatan di sana-sini.

Waktu terus berjalan, Pilpres 2019 sudah usai. Dan, sudah terlalu banyak energi dan waktu yang terkuras untuk melaksanakan pesta demokrasi yang diwarnai dengan 'mercon' ini.

Apa yang dilakukan Erick Thohir patut saya acungi jempol karena melakukan dua hal, yaitu solusi dan visi. Pertama solusi, yaitu merangkul Sandiaga Uno. Kebetulan keduanya sahabat saya semasa di HIPMI. 

Kedua, Erick bicara tentang Visi Indonesia 2045. Ini melegakan dan memberi harapan baru Indonesia di tengah suasana seperti saat ini.

Saya kira Erick Thohir patut diberi "lapangan bola" yang sesuai. Ini supaya bakatnya bisa tersalur di Indonesia.

Namun sayangnya, saya masih belum melihat visi 2045 Erick Thohir yang menyinggung secara sungguh-sungguh pentingnya pembangunan karakter bangsa sebagai pondasi menuju Indonesia Emas 2045.

Apapun keadaannya, mantan ketua panitia Asian Games 2018 ini telah mengajak kita untuk segera men-switch on otak kita yang selama ini berada pada posisi "Problem Mode" kepada posisi "Solution Mode".

*pengamat dan aktivis pembangunan karakter bangsa

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement