Jumat 19 Jul 2019 04:36 WIB

Cina Protes Trump yang Bertemu Warga Uighur di Gedung Putih

Cina menegaskan tak pernah melakukan penganiayaan berdasarkan agama.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Foto: AP Photo/Pablo Martinez Monsivais
Presiden Amerika Serikat Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina menyesalkan dan menentang pertemuan Presiden AS Donald Trump bersama sejumlah warga etnis Uighur di Gedung Putih, Kamis (18/7) kemarin. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang menegaskan, Cina tidak pernah melakukan penganiayaan agama dan menjunjung tinggi kebebasan bergama sesuai hukum.

Lu Kang menilai, langkah Trump tersebut sarat akan campur tangan urusan internal Cina. Pemerintah Cina juga memandang AS menggunakan agama sebagai dalih untuk mencampuri urusan dalam negeri Cina. Pernyataan tersebut dilontarkan dalam Jumpa Pers yang digelar di Beijing, Kamis (18/7) kemarin.

Baca Juga

"Kami menyesalkan dan sangat menentang itu. Kami mendesak AS untuk melihat kebijakan agama Cina dan kebebasan beragama secara adil," kata Lu Kang seperti dikutip Republika.co.id dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Cina, Jumat.

Ia menegaskan, tidak ada penganiayaan agama di Cina seperti yang dituduhkan dunia. Orang-orang Cina yang bertemu Trump, Kang mengklaim, merupakan anggota sekte Falun Gong dan di antaranya telah mengolesi kebijakan agama di Cina.

Mereka, kata Kang, bahkan telah diatur untuk bertemu dengan Donald Trump sebagai bagian dari upaya untuk mengintervensi kebijakan dalam negeri Pemerintah Cina.

"Kami mendesak AS untuk melihat kebijakan agama Cina dan kebebasan beragama secara adil. Ia (AS) harus berhenti menggunakan agama sebagai dalih mencampuri urusan dalam negeri negara lain," ujarnya.

Donald Trump melakukan pertemuan bersama 27 korban penganiayaan atas nama agama dari sejumlah negara di Gedung Putih, Rabu (18/7). Sebanyak empat orang di antaranya berasal dari Cina yang merupakan etnis Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang.

Dilansir dari Reuters, Jumat (19/7), pertemuan tersebut digelar sesuai prinsip kebijakan luar negeri AS yang menganut kebebasan beragama. Pertemuan tersebut juga menjadi bagian dari konferensi yang digelar oleh Kementerian Luar Negeri. Konferensi tersebut turut dihadiri Wakil Presiden AS, Mike Pence dan Menlu Mike Pompeo.

Salah satu Muslim Uighur yang hadir dalam pertemuan tersebut bernama Jewher Ilham. Kepada Trump, Ilham bercerita bahwa Pemerintah Cina menjatuhkan hukum penjara seumur hidup terhadap ayahnya pada tahun 2014 silam. Ayah Ilham merupakan seorang profesor ekonomi sekaligus advokat hak-hak asasi manusia bagi Uighur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement