REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, sekitar 1.730 ruang kelas di 516 SDN Kabupaten Tasikmalaya dalam keadaan rusak sedang hingga rusak berat. Sementara, hampir 50 persen dari 1.076 sekolah dasar negeri (SDN) di Kabupaten Tasikmalaya dalam kondisi rusak.
Kepala Bidang Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, Opan Sopian mengatakan, pihak sekolah telah mengajukan usulan rencana kegiatan (URK) melalui Data Pokok Pendidikan (Dapodik) untuk disampaikan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Namun, ia pesimistis usulan itu akan disetujui seluruhnya.
"Tak akan semua terpenuhi. Karena se-Indonesia banyak. Tentu diverifikasi lagi dan pasti hanya prioritas yang dapat," kata dia, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (18/7).
Sementara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya, pada 2019 hanya menganggarkan pembuatan satu ruang kelas baru dan rehabilitasi satu ruang kelas yang rusak sedang. Ia mengakui, masih banyak sekolah di wilayahnya yang masih kekurangan kelas.
Terkait SDN Cikadongdong, menurut Opan, belum menjadi prioritas untuk dibenahi oleh pemerintah. Pasalnya, kondisi ruangan yang ada masih mencukupi dan kegiatan belajar mengajar tak terganggu oleh kekurangan kelas tersebut.
Menurut dia, pihaknya masih memprioritaskan sekolah lain yang kondisinya lebih parah dan berjumlah ratusan. "Saya kira juga di SDN Cukadongdomg kegiatan belajar mengajar masih normal," kata dia.
Ia mengatakan, di sekolah negeri lainnya yang kekurangan ruang kelas, pihak sekolah memang biasa menempatkan rombongan belajar dalam satu kelas secara bergantian atau pararel. Penempatan siswa di perpustakaan, seperti yang dilakukan SDN Cikadongdong dinilainya justru lebih efektif dibandingkan menempatkan siswa pada satu kelas secara pararel.
"Sekarang malah di perpustakaan itu cukup untuk kelas 1 yang hanya sebelas orang. Kita sediakan karpet dan bangku itu nanti," kata dia.
SDN Cikadongdong sendiri memiliki 106 siswa. Sebanyak 19 siswa kelas 2 harus menempati ruang perpustakaan lantaran tak ada kelas lagi. Namun, kondisi itu hanya akan berlangsung selama sepekan pertama masuk sekolah. Setelah itu, siswa kelas 2 akan menempati satu ruang kelas secara pararel, bergantian dengan siswa kelas 1 yang masuk pagi.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya, Dadan Wardana mengatakan, kegiatan belajar mengajar sama sekali tidak terganggu meski harus belajar di ruang perpustakaan. Menurut dia, ruangan kelas di SDN Cikadongdong sebenarnya sudah memiliki enam ruang kelas. Namun, satu ruang kelas digunakan untuk ruang guru.
Ia menambahkan, pihaknya tak bisa menambah ruang kelas baru karena SDN Cikadongdong tak memiliki lahan yang cukup. "Di depan ada lahan tapi kurang," kata dia.