REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono, mengatakan antara gerhana bulan dengan gempa bumi tidak memiliki keterkaitan. Menurutnya, tanpa ada gerhana bulan, gempa bumi akan tetap terjadi.
"Sampai sekarang tidak ada literaturnya ya. Belum ada bahwa adanya gerhana bulan maupun gerhana matahari mengakibatkan gempa bumi," ungkap Rahmat kepada Republika, Selasa (16/7).
Ia mengatakan, belum ada literatur yang menjelaskan korelasi keduanya secara sains. Hal itu berbeda dengan dampak gerhana bulan maupun gerhana matahari terhadap pasang surut air laut. Literatur yang membahas dampak gerhana terhadap pasang surut air laut sudah ada.
"Di satu sisi di belahan bumi yang sedang gerhana itu naik (permukaan air lautnya), sedangkan di belahan bumi yang tidak kena gerhana dia pasti surut. Kalau dampak itu sudah jelas," terangnya.
Rahmat menuturkan, gempa bumi dapat terjadi tanpa harus ada gerhana. Terkait dengan adanya gerhana bulan yang terjadi tidak jauh dengan terjadinya gempa bumi, seperti di Lombok tahun 2018 dan di Halmahera Selatan, Maluku Utara, dan Bali saat ini, itu hanya kebetulan saja.
"Gempa bumi tanpa gerhana juga akan terjadi. Besok, lusa, masa yang akan datang gempa bumi akan terjadi tanpa ada gerhana pun akan terjadi," ungkap dia.
Rahmat meragukan gaya tarik gravitasi yang diakibatkan oleh gerhana cukup kuat untuk menarik lempeng bumi yang sangat besar dan luas. Gaya gravitasi tersebut cukup mampu untuk membuat pasang surut air laut yang sudah ia jelaskan sebelumnya.
"Kalau sebuah lempeng sangat besar dan luas untuk gaya tarik apakah mampu menarik atau memengaruhi perubahan lempeng sebegitu besar dan luasnya? Tapi kalau tadi perubahan gravitasi memang sudah banyak literatur, ahli, buku-buku yang menulis," kata dia.