Rabu 17 Jul 2019 19:45 WIB

Belasan Negara Siap Ramaikan Surabaya Cross Culture

Surabaya Cross Culture bakal digelar pada 21-25 Juli 2019

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Penari asal Polandia menampilkan musik dan dansa khas negaranya saat Cross Culture International Folk Art Festival 2017 digelar di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (16/7).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Penari asal Polandia menampilkan musik dan dansa khas negaranya saat Cross Culture International Folk Art Festival 2017 digelar di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) kembali menggelar Cross Culture atau festival seni lintas budaya bertajuk Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival. Event internasional tahunan yang bakal digelar pada 21-25 Juli 2019 tersebut, merupakan kali ke-15 yang digelar Pemkot Surabaya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Antiek Sugiharti menjamin, tahun ini Surabaya Cross Culture lebih ramai dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab, event tersebut bakal dimeriahkan 13 negara. Dua di antara 13 negara itu merupakan sister city dengan Kota Surabaya.

“Nanti ada 248 peserta yang akan ikut berpartisipasi dari mancanegara. Kemudian 94 peserta dari dalam negeri lintas provinsi," ujar Antiek di Surabaya, Rabu (17/7).

Antiek mengungkapkan, ke-13 negara yang direncanakan terlibat adalah Jepang, India, Polandia, Ceko, Timor Leste, Bulgaria, Uzbekistan, Russia, Mexico, Thailand, Italy, Busan, dan Guangzhou. Sementara itu 5 lintas provisnis diantaranya Kabupaten Banggai, Pangkalpinang, Kota Solok, Jawa Barat, Mengwi.

“Jadi totalnya 359 peserta yang berpartisipasi dari dalam maupun luar negeri. Kami mencoba membuat sesuatu baru lagi agar di tiap eventnya lebih menarik. Biasanya dibuka dengan Festival Remo dan Yosakoi di Balai Kota, kali ini digelar dengan cara yang berbeda,” kata Antiek.

Antiek menjelaskan, konsep yang berbeda tersebut di antaranya penampilan tidak seperti tahun lalu dari para delegasi. Selain itu, akan ada workshop khusus yang melibatkan masyarakat umum, sehingga nantinya masyarakat dapat gabung untuk mengikuti workshop.

“Ya workshop yang melibatkan masyarakat umum ini memang melibatkan masyarakat luas, berbeda sekali memang,” ujar Antiek.

Acara yang dinilai memiliki dampak ekonomi yang cukup besar ini, diharapkan mampu menarik dan mengembangkan perekonomian khususnya bagi warga Kota Surabaya. Dampak ekonomi itu dapat dirasakan oleh hotel-hotel, restoran, transportasi, dan souvenir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement