Rabu 17 Jul 2019 13:42 WIB

Sebulan, MDMC Asistensi Warga Terdampak Gempa Halmahera

Masyarakat kerap resah karena isu gempa yang berkepanjangan seperti di Jailolo.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Suasana masyarakat terdampak gempa bumi di Halmahera Selatan.
Foto: mdmc
Suasana masyarakat terdampak gempa bumi di Halmahera Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Lazismu menurunkan tim asistensi ke wilayah terdampak gempa di Halmahera Selatan. Mereka akan berada di sana 16 Juli-16 Agustus 2019.

Berdasarkan informasi yang dilaporkan BPBD setempat, terakhir ada 971 rumah rusak berat. Korban meninggal dunia bertambah dari dua menjadi empat orang.

Baca Juga

Kepala Laboratorium Geologi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU), Abdul Kadir mengatakan, gempa susulan terus terjadi. Ada  89 kali gempa susulan walau intensitasnya turun.

"Kami terus mengimbau warga agar mengikuti informasi dari BMKG dan tidak perlu panik," kata Kadir, Selasa (16/7).

Ia menerangkan, masyarakat kerap resah karena isu gempa yang berkepanjangan seperti di Jailolo. Namun, gempa itu tektonik dan berbeda dengan yang terjadi di Jailolo karena itu vulkanik.

Abdul menilai, rangkaian gempa susulan terjadi karena gempa bumi berkekuatan 7,2 skala richter. Sehingga, memerlukan waktu untuk kembali stabil dan tidak ada potensi tsunami.

Gempa bumi ini mengakibatkan kerusakan di beberapa daerah. Adapun kerusakan terbanyak ada di Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Barat, dengan jumlah 380 unit.

Kerusakan dengan kategori rusak berat teridentifikasi di Desa Rangga Rangga 300 unit, Lemo Lemo 131, Tomara 90, Kua 30, Luaro 22, Caitu 10, Sawat enam dan Tanjung Jere dua.

Untuk infrastruktur, kerusakan berat (RB) yang menimpa bangunan mencakup enam unit gedung sekolah, dua masjid, satu gereja, satu polindes, satu PAUD dan satu rumah guru.

"MDMC telah berkoordinasi dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di Maluku Utara untuk menggalang bantuan dan menyiapkan sumber daya manusia," ujar Kadir.

Muhammadiyah telah mendirikan pos koordinasi penanggulangan darurat bencana di kantor PWM Kota Ternate. MDMC menerjunkan empat personil sebagai tim asistensi menuju lokasi gempa bumi.

Tujuannya, mendukung penanganan darurat dan MDMC Maluku Utara dari Ternate menuju Halmahera untuk membantu. Fokusnya, melakukan aktivasi pos pelayanan dan kaji kebutuhan.

 

Jenis pos pelayanan yang disiapkan MDMC berupa pos kesehatan, logistik makanan, hunian dan air bersih. Ke depan, MDMC akan membuka lokasi pos pelayanan sesuai dengan hasil asesmen.

Koordinator Divisi Tanggap Darurat MDMC, Indrayanto menerangkan, penggalangan bantuan terus dilakukan MDMC dan Lazismu. Utamanya, melalui rekening bersama untuk bencana alam.

Hingga saat ini, beberapa bantuan diusahakan seperti tim medis pendukung yang sudah disiapkan dari RS Muhammadiyah Lamongan. Tapi, tidak cuma untuk dukungan layanan kesehatan.

Ada pula pengadaan bantuan hunian darurat dan bantuan logistik makanan. Pelaksana warga Muhammadiyah, Kampus Muhammadiyah Maluku Utara dan tenaga-tenaga dalam koordinasi One Muhammadiyah One Respone (OMOR).

Melihat kejadian gempa yang cukup parah, Indrayanto merasa, perlu dukungan seluruh keluarga besar Muhammadiyah seluruh Indonesia. Tapi, MDMC dan Lazismu akan berkomitmen untuk respons gempa Halmahera.

"Kami terus bergerak membantu masyarakat dan pemerintah, juga berkoordinasi dengan para pihak pemangku kebijakan dan lembaga penanggulangan bencana lainnya," kata Indrayanto. (Wahyu Suryana)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement