Rabu 17 Jul 2019 07:19 WIB

Planetarium Jakarta Segera Direvitalisasi

Revitalisasi harus memikirkan keberadaan observatorium.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah siswa Sekolah Dasar Peninggalan 04 Ciledug Tangerang (SD) mengamati rasi bintang tata surya saat berkunjung ke Planetarium Jakarta, Kamis (8/11).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Sejumlah siswa Sekolah Dasar Peninggalan 04 Ciledug Tangerang (SD) mengamati rasi bintang tata surya saat berkunjung ke Planetarium Jakarta, Kamis (8/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepala Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Imam Hadi Purnomo, mengatakan, revitalisasi TIM akan dilakukan pada tahap I pada 2019 sedangkan Planetarium Jakarta akan direvitalisasi pada tahap II yaitu pada 2020. Ditargetkan revitalisasi Planetarium selesai pada 2021.

“Bertahap semuanya. Planetarium juga sedang kami bahas bersama PT. Jakarta Propertindo (Jakpro). Belum final nanti konsepnya seperti apa. Yang jelas akan direvitalisasi dan lebih modern,” kata Hadi saat dihubungi Republika, Selasa (16/7).

Untuk permasalahan perusahaan teknologi dari Jerman, Carl Zeiss dengan PT. Bunga Lestari sedang dalam proses hukum. Nantinya, ia akan menjelaskan lebih lanjut jika proses hukum mereka selesai.

Imam tidak masalah dengan Carl Zeiss yang tidak mau melayani dan menjual suku perawatan cadang untuk Planetarium. Imam memiliki pilihan lain dengan perusahaan Mega Star dari Jepang. Tetapi jika Carl Zeiss masih mau tidak menutup kemungkinan untuk menjalin kerja sama lagi.

“Tidak usah khawatir. Kami punya anggaran dan pilihan lain. Yang penting sekarang kami melayani dan bertahan untuk para pengunjung yang ingin berlibur dan wisata ke Planetarium,” ujar dia.

Imam melanjutkan secara garis besar konsepnya nanti akan digital. Semua layar bis disentuh dengan taman. Ia mengikuti perkembangan zaman milenial sekarang. Sebab, Planetarium bangunan bersejarah yang memiliki pengetahuan tentang astronomi.

Terkait masalah revitalisasi TIM yang mengganggu observatorium. Imam akan membahas lagi dengan pihak-pihak yang bersangkutan agar meletakan observatorium secara tepat dan pengunjung bisa melihat benda langit.

“Sekarang gini kota Jakarta kota metropolitan. Banyak gedung yang menimbulkan polusi cahaya dan udara. Seharusnya, observatorium itu di tempat dataran tinggi dan sepi. Tapi nanti kami bahas lagi,” tambah dia.

Budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, mengatakan, Planetarium harus direvitalisasi karena Planetarium tempat edukasi anak-anak yang ingin mempelajari astronomi. Terkait alat-alat yang rusak dan permasalahan dengan pihak perusahaan teknologi dari Jerman, seharusnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memiliki tim khusus.

“Ini pasti ada perjanjian yang belum tercapai. Mengapa peristiwa ini terjadi? menghambat perawatan Planetarium? Harus punya tim khusus untuk menyelesaikan permasalahan ini,” kata Yahya.

Kemudian, kata dia, revitalisasi Planetarium juga harus memikirkan semua aspek terutama observatorium. Jangan sampai pembangunan revitalisasi menganggu kegiatan observatorium. Semua ini harus dibahas dengan Jakpro. Sehingga tidak ada pembangunan yang merugikan semua pihak.

Maka dari itu, lanjut dia, mumpung belum memulai pembangunan dikaji terlebih dahulu bangunan seperti apa dan dampak positif dan negatifnya. “Jangan sampai mubazir dengan pembangunan yang tidak ada ujungnya. Ini sudah bulan Juli. Saya juga baru lihat pembangunan baru pagar-pagar saja. Masih lama pembangunan selesai,” kata dia menambahkan.

Yahya berpesan evaluasi kembali konsep pembangunan revitalisasi Planetarium. Bangunan tersebut bersejarah untuk dunia pendidikan dan kelangsungan generasi muda ke depannya. Tidak boleh salah langkah untuk revitalisasi bangunan yang berharga untuk semua warga.

Sementara itu, Wakil Ketua Badan Kehormatan (BK) DPRD Provinsi DKI Jakarta, Syarifuddin, mengatakan, secara garis besar di dalam revitalisasi TIM akan ada anggaran dan rencana revitalisasi Planetarium. Namun, untuk permasalahan secara lengkap ia tidak mengetahui.

“Ya saya tidak tahu kalau ada masalah dengan pihak-pihak terkait yang menghambat perawatan Planetarium. Jika ada keganjilan nanti bisa kami panggil yang bersangkutan,” kata Syarifuddin kepada Republika.

Syarifuddin mengaku belum ada pembahasan lebih lanjut secara lengkap untuk masa depan Planetarium. Ia hanya menegaskan pastinya akan melakukan revitalisasi pada Planetarium. Sebab, bangunan tersebut sudah tua dan bahaya jika dibiarkan.

Syarifuddin berharap masalah-masalah yang menghambat jalannya Planetarium selesai dengan unit-unit yang terkait. Lalu, ia menambahkan revitalisasi Planetarium akan selesai pada 2021.

“Belum ada bahasan lebih lanjut lagi tentang Planetarium. Yang jelas akan direvitalisasi, bangunannya sudah ada sejak saya kecil. Jadi, tunggu saja kelanjutan untuk revitalisasi ini ya,” ujar dia.

Salah satu pengunjung, Aisyah (45 tahun), menyayangkan terbatasnya pelayanan di Planetarium. Ia pun hanya mendapat informasi, saat hari libur Sabtu atau Minggu baru bisa masuk ke Planetarium.

Aisyah mengaku prihatin melihat kondisi luar gedung Planetarium yang tidak terawat. Ia berharap Planetarium ini tetap dipertahankan. Sebab, Planetarium sangat berguna untuk pengetahuan anak-anak mengetahui tata surya dan benda-benda langit.

“Ya kan anak-anak juga perlu tahu melihat secara langsung tata surya kayak gimana? Ini Planetarium kurang perawatan memang tidak ada dananya ya? semoga direvitalisasi juga. Jadi, tetap bertahan dan terus ada di Jakarta,” kata Aisyah sambil menggandeng anaknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement