REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Dua tahun lamanya Nining Suryani (44 tahun), seorang guru honorer di SD Negeri Karya Buana 03, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, terpaksa harus tinggal di toilet sekolah tempatnya mengajar. Rumahnya ambruk dua tahun lalu karena telah reyot dimakan usia.
Dirinya sekeluarga harus pindah dari rumah tersebut yang memang sebagian besar bahan bangunannya hanya terbuat dari kayu. Kondisi ekonomi Nining yang hanya seorang guru honorer dengan gaji Rp 350 ribu per bulan dan suaminya Ebi (46) yang bekerja serabutan, membuat dirinya urung membenahi rumahnya yang roboh.
Kesulitannya ditambah dengan fakta masih ada anak yang harus kedua orang tua itu cukupi kebutuhannya. "Saya tinggal di sini karena tidak ada lagi tempat tinggal, karena rumah saya roboh. Mau bangun lagi nggak ada uang karena buat anak sekolah. Anak saya yang kecil sekolah pesantren di Kecamatan Saketi, seorang lagi di Jakarta kuliah, walaupun sekarang sudah berhenti karena mau kerja" ujar Nining saat ditemui di kediamannya di SDN Karya Buana 03, Senin (15/7).
Nining yang sudah mengajar di sekolah tersebut selama 15 tahun menuturkan, pascarumahnya roboh dua tahun lalu, dia yang pertama kali meminta kepada kepala sekolah untuk diizinkan tinggal di ruangan yang ada di samping toilet sekolah. Ia akhirnya diizinkan walaupun kepala sekolah mengaku berat memberikan putusan tersebut.
Dirinya mengatakan hingga saat ini sangat senang diizinkan tinggal di toilet sekolah dan mensyukuri kebaikan kepala sekolah yang bahkan memberikan bantuan bahan bangunan untuk memodifikasi ruangan toilet sekolah. "Nggak ada bau, nyaman kok di sini, apalagi belakang sekolah sini kan kebun jadi sejuk. Listrik juga diberi gratis sama sekolah," ujarnya.
Sebenarnya, ada dua ruangan sekolah yang dijadikan Nining untuk aktivitasnya sehari-hari. Ruang pertama, yaitu kamar toilet sekolah yang digunakan Nining untuk dapur dan tempat shalat. Ruang kedua yang ada di samping toilet digunakan sebagai ruang tidur dan tempat usaha warung jajanan siswa.
Untuk ruang tidur dan warung jajanan, masing-masing berukuran sekitar 3x3 meter yang hanya dibatasi dengan sekat kayu triplek tipis untuk menutupi ruang tidur. Adapun dapur Nining yang bercampur dengan toilet sekolah terdapat peralatan memasak, seperti penggorengan dan kompor gas di depan pintu toilet khusus guru.
"Sempat dilarang sebenarnya, cuma kan tidak tinggal pas di toiletnya. Jadi memang kamar toilet itu kita buat untuk dapur, tapi untuk tidur dibuatkan ruangan di sampingnya lagi," ujar Nining.