REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan suhu dingin yang terjadi beberapa hari terakhir di wilayah Bandung Raya dan di Jawa Barat merupakan penanda peralihan ke musim kemarau. Kondisi yang tengah berlangsung merupakan fenomena yang wajar.
Peneliti cuaca dan iklim BMKG Provinsi Jawa Barat, Muhamad Iid Mujtahiddin mengatakan musim kemarau di Jawa Barat sejak Juni dimulai dari wilayah Pantura bergerak ke arah Selatan. Kemudian, angin yang melewati Jawa Barat adalah angin pasat Tenggara atau Timuran dari Australia.
"Bulan Juli, Agustus dan September di Australia sedang mengalami puncak musim dingin. Suhunya relatif lebih dingin dibandingkam musim penghujan," ujarnya, Selasa (16/7).
Dia mengatakan, suhu dingin yang tengah berlangsung pun dipengaruhi kelembaban pada ketinggian permukaan hingga 1,5 Km di atas permukaan laut. Sehingga sore hari terlihat pembentukan awan.
Akan tetapi menurutnya, pada ketinggian 3 Km di atas permukaan laut relatif kering. Sehingga potensi awan yang terbentuk untuk terjadinya hujan kecil. Kemudian dampak kondisi kelembaban pada malam hingga pagi hari menambah kondisi suhu udara menjadi dingin.
Dia menambahkan, berdasarkan pantauan alat pengukur suhu udara di Stasiun Geofisika Bandung, selama Juli, suhu udara terendah sebesar 16,4 derajat Celcius. Sementara di pos observasi geofisika Lembang tercatat 13 derajat Celcius.
Iid mengatakan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus-September dengan karakteristik suhu udara dingin dan kering. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat tetap menjaga kondisi badan agar tetap fit. "Salah satu di antaranya saat bepergian ke luar rumah selalu mengenakan baju hangat atau jaket dan mengonsumsi buah-buahan serta sayuran," katanya.