Senin 15 Jul 2019 20:12 WIB

BPBD: 27.997 KK di Jabar Kekurangan Air Bersih

27.997 kepala keluarga di Jabar kekurangan air bersih akibat musim kemarau.

Air Bersih (ilustrasi)
Air Bersih (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat menyatakan sebanyak 27.997 kepala keluarga (KK) di provinsi ini kekurangan air bersih. Kekurangan air akibat terdampak musim kemarau tahun 2019.

Kepala Seksi Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Jawa Barat Budi Budiman Wahyu, Senin (15/7), mengatakan musim kemarau juga mengakibatkan 14.404 hektare lahan pertanian terdampak kekeringan.

"Selain itu, ada 12 kabupaten/kota di Jawa Barat yang terdampak akibat musim kemarau tahun ini," kata Budi.

Ke-12 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan ialah Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis dan Kota Tasikmalaya.

Menurut Budi, jumlah warga atau kepala keluarga yang kekurangan air bersih akibat musim kemarau di Jawa Barat paling banyak ada di Kabupaten Bekasi yakni mencapai 3.397 kepala keluarga, disusul Kabupaten Cirebon sebanyak 2.167 kepala keluarga.

Untuk membantu warga yang kekurangan air bersih akibat terdampak musim kemarau, kata Budi, pihaknya telah menyalurkan bantuan air bersih hingga 307.600 liter.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung menyatakan musim kemarau di Provinsi Jawa Barat berlangsung dari Mei hingga Oktober 2019.

"Jawa Barat masuk musim kemarau itu dari Mei dan akan berlangsung hingga Oktober 2019. Jadi total enam bulan," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Tony Agus Wijaya.

Tony mengatakan musim kemarau bukan berarti tidak akan turun hujan namun akan tetap turun hingga yakni hujan dengan intensitas ringan.

"Seperti yang terjadi tadi malam di Bandung itu turun hujan atau di Jawa Barat bagian tengah juga turun hujan dengan intensitas ringan," kata dia.

Dia menuturkan memasuki bulan Juli 2019 curah hujan akan berkurang dan puncak musim kemarau tahun ini akan berlangsung pada Agustus 2019. "Setelah Agustus maka hujan sedikit demi sedikit akan meningkat dan akan berganti ke musim hujan pada Oktober tapi akhir-akhir ini ada penyimpangan," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan dari prakiraan pihaknya musim kemarau pada tahun ini cenderung normal artinya tidak ada dampak badai La Nina dan El Nino.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement