REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Kabupaten Karawang, yang terkenal dengan sebutan kota lumbung padi ini, ternyata menyimpan potensi bahari yang masih belum tergali secara maksimal. Salah satunya, di Pantai Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Kulon.
Di perairan tersebut itu, terkenal sebagai kuburan bagi kapal-kapal kongsi dagang, atau perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang tenggelam ratusan tahun lalu.
Kepala Desa Sukakerta, Bukhori, mengatakan, kapal-kapal itu membawa sejumlah koin yang diduga digunakan untuk membayar buruh tanam paksa di wilayah Karawang dan Subang. Serta, wilayah priangan (Bandung, Sumedang, Tasikmalaya).
"Selain koin berciri Eropa, pada wilayah Karang Bui Pantai Tangkolak, juga ditemukan lima buah meriam, satu jangkar abad ke18. Kemudian juga di wilayah karang kapal ditemukan sisa bagian kapal dan keramik bercirikan Eropa," ujar Bukhori, kepada Republika.co.id, Ahad (14/7).
Karena itu, lanjut Bukhori, pemerintah akan menjadikan tempat karam kapal tersebut menjadi museum bawah laut benda muatan kapal tenggelam (BMKT). Serta, menjadi bagian dari pengembangan wisata bahari terpadu.
Untuk menuju lokasi kapal karam itu, lanjutnya, memerlukan waktu sekitar 30 menit dari Pantai Tangkolak. Atau sekitar 10 kilometer dari bibir pantai. Tak hanya kapal dagang yang karam, di perairan utara Karawang ini juga mempunyai enam titik snorkeling dan diving dengan pemandangan bawah laut dan terumbu karang yang menarik.
Enam titik itu, di antaranya Karang Sedulang Besar, Karang Sedulang Kecil, Pulau Pasir, Karang Kapal, dan Karang Bui. Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati senja dari hutan mangrove.
"Tepat di sisi pantai dan berdampingan muara, terdapat pusat informasi ahari Tangkolak. Pusat informasi tersebut menjadi tempat berbagi informasi bahari dan menyimpan BMKT yang ditemukan di perairan utara Karawang," ujarnya.