REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Memasuki pertengahan Juli 2019, sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu, Cirebon dan Majalengka, berpotensi mengalami kekeringan ekstrim. Masyarakat dan petani di daerah-daerah itu diimbau untuk mewaspadai kondisi tersebut.
Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan berdasarkan Peringatan Dini Kekeringan yang dikeluarkan Stasiun Klimatologi Bogor, per 10 Juli 2019, untuk Kabupaten Indramayu ada lima daerah yang berpotensi kekeringan ekstrim. Yaitu Gantar, Indramayu, Jatibarang, Cikedung, Cipancuh dan Temiyang.
Untuk Kabupaten Cirebon, daerah yang berpotensi kekeringan ekstrim adalah Susukan, Weru, Mundu, Lemah Abang, Pabuaran, Sumber, Talun, Ciwaringin, Klangenan, Mundu, Greget, Astanajapura, Plumbon, Palimanan dan Karang Sembung.
Sementara ada 15 daerah yang berpotensi kekeringan ekstrim di Kabupaten Majalengka. Yakni Ligung, Banjaran, Cikijing, Banjaran, Jatiwangi, Talaga, Cikijing, Cigasong, Bantar Ujeg, Maja, Leuwimunding, Kertajati, Argapura, Raja Galur Lor dan Jatitujuh.
‘’Potensi kekeringan ekstrim itu untuk daerah yang tidak hujan berturut-turut lebih dari 60 hari,’’ kata Faiz kepada Republika, Jumat (12/7).
Selain di ketiga daerah itu, potensi kekeringan ekstrim juga terjadi di berbagai daerah lainnya di Jabar. Yakni, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur dan Sukabumi.
Faiz menambahkan, distribusi curah hujan Dasarian I Juli 2019 lalu umumnya sebagian besar wilayah Jawa Barat mengalami hujan dengan kriteria rendah (< 20 mm/das). Hal itu kecuali Bogor, Sukabumi utara, Cianjur utara dan sebagian kecil Bandung barat.
‘’Monitoring hari tanpa hujan (HTH) Dasarian I Juli 2019, pada umumnya wilayah di Jabarat umumnya kriteria HTH panjang hingga sangat panjang (21 – 60 hari),’’ terang Faiz. Sedangkan prakiraan peluang curah hujan Dasarian II Juli 2019, curah hujan dengan kriteria rendah berpeluang sangat kuat mendominasi seluruh wilayah Jawa Barat.
Faiz mengatakan, menghadapi kondisi cuaca saat ini, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap potensi bahaya akibat semakin berkurangnya ketersediaan air di sumber-sumber air hingga menyebabkan krisis air bersih. Selain itu, potensi gagal panen dan knaikan harga komoditas pertanian juga harus diwaspadai.
‘’Masyarakat juga harus lebih bijak menggunakan air,’’ tandas Faiz.