REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Di musim kemarau tahun ini, daerah yang berpotensi mengalami krisis air bersih di Kabupaten Cirebon bertambah luas dibandingkan tahun sebelumnya. Pengiriman air bersih pun siap dilakukan bekerja sama dengan sejumlah perusahaan.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon, Eman Sulaeman, menyebutkan, pada musim kemarau tahun lalu, krisis air bersih tersebar di 29 desa di 12 kecamatan di Kabupaten Cirebon. Sedangkan tahun ini, potensi krisis air bersih tersebut tersebar di 63 desa di 23 kecamatan.
Menurut Eman, bertambahnya desa yang berpotensi mengalami krisis air bersih itu diasumsikan dari beberapa desa yang mengajukan pengiriman air bersih. Padahal, saat ini baru memasuki pekan kedua Juli.
"Tahun lalu, pengajuan bantuan air bersih baru dilakukan pada September hingga Oktober,’’ kata Eman, Kamis (11/7).
Eman mengungkapkan, saat ini sumur dan sumber mata air yang ada di sejumlah desa sudah mengalami kekeringan. Akibatnya, warga mengalami kesulitan memperoleh air bersih untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Adapun sejumlah desa yang sudah mengajukan bantuan pengiriman air bersih di antaranya adalah Desa/Kecamatan Greged, Desa Babadan dan Sambeng, Kecamatan Gunung Jati, Desa Kreyo, Kecamatan Klangenan dan Desa Gebang Ilir, Kecamatan Gebang.
Eman menyatakan, daerah yang akan mengajukan permintaan pengiriman air bersih kemungkinan akan terus bertambah. Sebab, musim kemarau masih akan terus berlangsung hingga beberapa bulan kedepan.
BPBD pun akan mengirimkan batuan air bersih jika ada desa yang mengajukannya. Bahkan, sudah ada sejumlah pihak lainnya yang telah menyatakan kesiapan untuk turut membantu pengiriman air bersih kepada warga yang membutuhkannya.
"Bagi desa yang mengalami krisis air bersih, silahkan kirim surat kepada kami agar bantuan air bersih bisa segera dikirimkan,’’ ucap Eman.
Eman menambahkan, krisis air bersih menjadi bencana tahunan di Kabupaten Cirebon setiap musim kemarau tiba. Untuk itu, dia mengimbau agar warga tidak boros air dan menyediakan resapan hujan di lingkungan masing-masing.
"Halaman rumah jangan diplester (disemen) supaya ada ruang untuk penyerapan air. Selain itu sebaiknya buat penampuang air hujan,’’ ucap Eman.