REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- BPBD Kabupaten Subang, Jawa Barat, sampai saat ini masih belum punya data riil wilayah yang terancam krisis air bersih saat musim kemarau. Padahal, jumlah desa dan kelurahan yang ada di wilayah ini mencapai 258 yang tersebar di 30 kecamatan.
Kasi Kedaruratan Logistik BPBD Kabupaten Subang, Darmono Indra, mengatakan, sampai saat ini instansinya belum punya data wilayah yang rawan kekeringan atau krisis air bersih. Mengingat, usia instansi ini masih seumur jagung. Sehingga, data penunjangnya belum ada.
"Jadi, kalaupun kami punya data wilayah yang kekeringan itu sifatnya jika ada kasus (laporan) baru tercatat dan ditangani," ujar Darmono kepada Republika.co.id, Rabu (10/7).
Termasuk pada musim kemarau 2019 ini. BPBD Subang, baru mencatat ada dua desa yang dilanda krisis air bersih. Yaitu, Desa Kedawung dan Salamjaya di Kecamatan Pabuaran.
Itupun, lanjut Darmono, tidak seluruh desa kekeringan. Seperti di Desa Kedawung, yang dilanda krisis air bersih hanya enam RT. Sedangkan di Desa Salamjaya, hanya tiga RT. Wilayah yang lainnya, hingga kini belum ada laporan mengenai krisis air bersih.
Menurut Darmono, untuk dua desa itu, sudah dilakukan penanganan jangka pendek dengan mendistribusikan bantuan air bersih hasil kerja sama antara BPBD-PDAM dan Polres Subang. Bahkan, Polres Subang sudah memberikan bantuan sumur jetpam bagi warga Kedawung.
Untuk anggaran, lanjut Darmono, pihaknya tak punya alokasi khusus mengatasi persoalan krisis air bersih. Karena, anggaran mengantisipasi kekeringan ini masih bercampur dengan alokasi kedaruratan. Besarannya sekitar Rp 250 juta. "Jadi, anggaran ini bisa dimanfaatkan jika ada hal-hal yang sifatnya darurat."